Penanya (portal muslim beriman) :
Yang
disepakati oleh para imam madzhab sebagaimana dijelaskan dalam catatan
nota kaki itu adalah wajibnya Nasbul Imamahnya (pengangkatan pemimpin)
dan dalam artikel saya juga sudah saya sampaikan (monggo baca lagi),
Justru yang jadi perbedaan pendapat diantara ulama madzhab adalah mengenai
1). Apakah wajibnya bersifat Aqli atau Syar'i ?
dalam
hal ini para ulama berbeda pendapat,adanya yang melihatnya sebagai
kewajiban yang bersifat Aqli dan ada yang menganggapnya sebagai
kewajiban bersifat Syar’I (lihat Al Mawardi, Ahkamus Sulthoniah),
2)
Apakah khilafah sebagai satu-satunya sistem/bentuk pemerintahan? dalam
hal ini juga tidak ada ijmak bahwa khilafah sebagai satu satunya sistem
yang diakui (kalau njenengan menemukan tolong silahkan ditulis). Bahkan
menurut ulama ahlus sunah tidak ada keharusan dan kebakuan mengenai
bentuk pemerintahan Islam. Dengan argumentasi kalau memang
Khilafah-Khalifah sebagai satu-satunya sistem, tentu Nabi akan menunjuk
siapa calon penggantinya secara eksplisit. Abu Bakar disepakati sebagai
khalifah berdasar musyawarah Muhajirin dan Anshor saaat itu. Dan juga
menurut Ahlus Sunah bahwa yang terpenting adalah fungsi pemerintahan
umat Islam itu dapat menjamin dan melindungi ditegakkanya hukum-hukum
Islam, Maka dalam sejarah Islam kita mengenal aneka bentuk pemerintahan,
dari Khalifah yang benar-benar ideal (masa Khulafa' Rasyidin), Khalifah
tapi rasa Raja (Zaman Umayah kecuali masa Umar bin Abdul Aziz), model
kesultanan (Dinasti Ayubiyah) dan diera sekarang mungkin model
presidensial, parlementer, kerajaan dll. ini artinya titik tekanya bukan
pada bentuk tapi pada terlaksanya fungsi pemerintahan yang menjaga
agama dan mengatur urusan duniawi. (lihat di Muqaddiman ibnu Khaldun)
Nur salam :
Sistem
pemerintahan imamah/khilafah/imarah yang di maksud dalam beberapa dalil
tentang wajibnya mengangkat seorang imam itu jelas bukan gaya baru
seperti presidensial/parlementer/monarki/....
Tapi di jelaskan lagi dengan sangat gamblang ولا يجوز للمسلمين فى وقت واحد وفى جميع البلد امامان لا متفقان ولا متفرقان.
Artinya
ummat ini wajib melakukan mengangkat imam yang satu dan tidak boleh
mengangkat dua imam baik disetujui keduanya atau terpecah
keduanya,karena jika itu terjadi maka akan bisa menjadi persaingan
antara muslimin dan pertikaian dan perpecahan yang melemahkan.
Nabi katakan الجماعة رحمة والفرقة عذاب.
Di sebutnya khilafah itu jelas sebagaimana di sebutkan oleh ibn khaldun
dan disebutnyfa khalifah juga jelas sebagaimana qaul ibn khaldun,saya
menambahi bhw khilafah/imamah/imarah itu kalimat taraduf bermakna sama
(synonim). Adapun apabila kepemimpinan dengan sistem dinasti atau empire
namun tetap memperhatikan dan menyatukan wilayah2 muslimin dan
pimpinan2 wilayah atau gubernur di suatu tempat itu masih tunduk dan
bergabung pada khalifah/imam maka ia termasuk dalam kekhalifahan.
Sunni
tetap menyebut bahwa kepemimpinan bani umayyah dan bani abbas adalah
khilafah (khilafah bani umayyah dan khilafah bani abbasiyah).
Tentang
aqli atau syar'i mari kita bersandar pd qaul yang rajih disertai
dalailnya.toh sama2 ga pasti baik dari anda atau dari saya. Persepsi
memang berkarakter zhanni.
Inkonsisten teman2 disini adalah seperti pada perkara yang di anggap cocok dengan selera maka di buat dalil justifikasi.
Tapi pada suatu perkara lain yg dirasa kontraindikasi maka dinyatakan keliru.
Mengapa inkosisten !
Kalau
ini yg ijtihadiyyah dan sudah ijma shahabat2 juga ijma' ulama mu'tabar
saja masih di tolak,lalu perkara2 diluar yg tidk di kenal adanya ijma'
bahkan menyelisihi dalil itu di perlombakan.
Atau di dalam artikel itu di tuliskan pandangan
ibn khuldun ttg disepakatinya imamah dan khilafah dengan hasil
konsensus muslimin; itu saja masih di tolak dengan pendapat2 di bawahnya
yang tidak tepat essensinya.
Didalam bulughul maram bab
qitalu ahlil baghy oleh ibn hajar ttg imamah global/ khilafah beliau
memberi nota kaki ttg kefardhuan imamah menurut aimmatul madzahibil
arba'ah.
Lalu bagaimana dg artikel yg di tulis di
page diatas itu mengartikan imam yg wajib di bai'at adalah nabi saja dan
penulis menafikan bai'at para imam imaratul muslimin !?
Kalau begitu tak perlu abu bakar,umar utsman ali minta di bai'at dan menerima bai'at,donk...!
Apalagi
meyaqini imam fiqh sebagai penanggung jawab ummat di akhirat karena
ar-ra'yu dari ijtihadnya di ikuti para muqallid 'ama,padahal tidk ada
bai'at ta'at pada imam mujtahid itu untuk wajib di ikuti pendapat salah
satunya saja dan para imam madzhab itu tidak menuntut wajib kepada ummat
utk bertaqlid kepada satu diantara darinya.
Soal ttg urusan ini sudh lama membuat saya jenuh tapi masih ada yg ingin tahu maka boleh saya jawab.
Dn
point ending dari setiap mereka yg kontra dg seruan khilafah ini adalah
selalu mereka berucap SAYA TIDAK ANTI KHILAFAH DAN TIDAK ANTI
PERSATUAN,SAYA RINDU PERSATUAN ITU HANYA SAJA KHILAFAH INI TIDK RELEVAN
begitu biasanya.
Itulah sikap ambigu dan inkonsisten demi membenarkan pandanganya.
Satu
lagi teguran dari saya jika hal ini (kewajiban membangkitkan khilafah)
adalah merupakan ijtihadi maka tidk seharusnya mensalahkan akan tetapi
mengambil mana hasil yang rajih dan ijma'.
Inkonsisten
lagi adalah ulama 4 madzhab yg menjadi imam ahli ilmu fiqh itu sepakat
mengangkat imamah bagi seluruh muslim maka pihak2 semacam
portalmuslimberiman ini sama sekali tidk bersandar pd interpretasi
aimmatul madzahib itu.
Padahal didalam artikel tertulis
oleh portal diatas yg kebanyakan kopas juga menukilkan pendapat2 yang
sepakat nashbul imamah yang di maksud adalah kepemimpinan umum pada
islam.
Tapi masih di inkari dg bermacam asumsi/al-wahm.
Usaha
mengembalikan kesatuan islam itu tidk boleh berhenti karena alasan tak
relevan apalagi karena terhantui hal2 yang belum terjadi seperti akan
timbul kekerasan pada muslim minoritas di suatu negara kafir.
Tidak begitu.
Negara
khilafah faham bahwa ummat islam yg ada di suatu negara kafir dan kafir
yang ada di negara khilafah bisa di jamin keamananya dengan status
mu'ahad/musta'man/dzimmi.
Dan mereka boleh untuk tawqif
atau tidak memberikan bai'at secara lisan atau tulisan. Dan secara hukum
mereka yg berada di negri2 jauh dari kekhilafahan itu telah di sebut
ijma' sukuti,pemerintah yg kafir wajib melindungi mereka sebagaimana
pemerintah negara islam khilafah melindungi kafir dengan upeti atau
tanggungan keamanan (musta'min) atau dalam perjanjian damai.
Sebagaimana
pada ummat islam dimasa ali bin abi thalib yg terpecah dan tidk semua
memberikan bai'at tapi keimaman ali tetap sah dan ia memimpin negara
kesatuan/khilafah,tidak boleh ada usaha2 pemberontakan, karena itu
kelompok pemberon6tak dinyatakan sebagai fi'ah baghiyah atau khawarij.
Dan rakyat yg tidk memberi bai'at tetap di wajibkan tunduk karena
apabila telah terpilih dan menerima baiat seorang telah menjadi pimpinan
negara dan terlarang membuat muktamar tandingan mirip kisruhnya
NU,hehe.
وَ مَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ
صَفْقَةَ يَدِهِ وَ ثَمْرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اِسْتَطَاعَ
فَإِنْ جَاءَ آخَرٌ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوْا عُنُقَ
قال النووي: (اتفق العلماء على أنه لا يجوز أن يعقد لخليفتين في عصر واحد...) .
وهؤلاء القائلون بالمنع على مذهبين:
أ-
قوم قالوا بالمنع مطلقًا سواء اتسعت رقعة الدولة الإسلامية أم لا، وإلى
هذا القول ذهب أكثر أهل السنة والجماعة، وبعض المعتزلة حتى زعم النووي
اتفاق العلماء عليه .
ب- وهناك من قال بالمنع إلا أن يكون
هناك سبب مانع من الإتحاد على إمام واحد، ويقتضي هذا السبب التعدد، ففي هذه
الحالة يجوز التعدد. وذكر إمام الحرمين الجويني أهم هذه الأسباب في قوله:
(منها اتساع الخطة، وانسحاب الإسلام على أقطار متباينة، وجزائر في الحج
متقاذفة، وقد يقع قوم من الناس نبذة من الدنيا لا ينتهي إليهم نظر الإمام،
وقد يتولج خط من ديار الكفر بين خطة الإسلام، وينقطع بسبب ذلك نظر الإمام
عن الذين وراءه من المسلمين...) قال: (فإذا اتفق ما ذكرناه فقد صار صائرون
عند ذلك إلى تجويز نصب إمام في القطر الذي لا يبلغه أثر نظر الإمام) .
وعزا
الجويني هذا القول إلى شيخه أبي الحسن الأشعري، والأستاذ أبي إسحاق
الإسفراييني، وهو وجه لبعض أصحاب الشافعي ، ورجحه أبو منصور البغدادي ،
وإلى ذلك ذهب القرطبي في تفسيره فقال: (لكن إذا تباعدت الأقطار، وتباينت
كالأندلس وخراسان، جاز ذلك) .
لكن يلاحظ من أقوال المجيزين
عند اتساع الرقعة، إنما ذلك بسبب الضرورة، وإلا فإن وحدة الإمامة هي
الأصل، وإن التعدد إنما أبيح على سيبل الاستثناء المحض، ولضرورات تجيزه،
والضرورة تقدر بقدرها وإذا زالت الضرورة زال حكمها وبقي الاصل.
اتفق الأئمة رحمهم الله تعالى على: أن الإمامة فرض وأنه لا بد للمسليمن من إمام يقيم شعائر الدين وينصف المظلومين من الظالمين وعلى أنه لا يجوز أن يكون على المسلمين في وقت واحد في جميع الدنيا إمامان، لا متفقان، ولا مفترقان,
واتفقوا: على أن الإمام يشترط فيه: أولاً أن يكون مسلماً، ليراعي مصلحة الإسلام والمسلمين، فلا تصح تولية كافر على المسلمين.
ثانياً - أن يكون مكلفاً ليلي أمر الناس، فلا تصح إمامة صبي، ولا مجنون بالإجماع، وقد ورد في الحديث الشريف (نعوذ بالله من إمارة الصبيان) رواه الإمام أحمد رحمه الله.
ثالثاً - أن يكون حراً، ليفرغ للخدمة، ويهاب بخلاف العبد حيث أنه مشغول بخدمة سيده.
رابعاً - أن يكون الإمام: ذاكراً ليتفرغ ويتمكن من مخالكة الرجال، فلا يصح ولاية امرأة، لما ورد في الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة) ولا تصح ولاية خنثى.
أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: " خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم، ويصلون عليكم وتصلون عليهم، وشرار ائمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم، وتلعنونهم ويلعنونكم ". قيل يا رسول الله أفلا ننابذهم بالسيف؟ قال: " لا ما أقاموا فيكم الصلاة " (3) .
ففي هذين الحديثين دليل على منابذة الولاة وقتالهم بالسيف إذا لم يقيموا الصلاة، ولا تجوز منازعة الولاة وقتالهم إلا إذا أتوا كفراً صريحاً عندنا فيه برهان من الله تعالى لقول عبادة بن الصامت – رضي الله عنه -: دعانا رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فبايعناه فكان فيما أخذ علينا أن بايعنا على السمع والطاعة في منشطنا ومكرهنا، وعسرنا ويسرنا، وأثرة علينا.
Dalil-dalil tersebut membantah bahwa imamah/khilafah menjadi tidak sah atau dengan bahasa agak halusnya TIDAK IDEAL karena jeleknya imam fasiqnya dan zhalimnya pada rakyat !?.
Dapat diartikan bahwa susah atau senang keadaan negara,adil atau tidak pemimpin,bijaksana atau zhalim,salah atau benar,khilafah tetap wajib di jaga,ummat bisa tidak senang namun terlarang melakukan pemberontakan dan menciptakan pemerintahan tandingan.
Kalau begitu,pemerintahan bani umayyah dan bani abbasiyah adalah kekhilafahan islam walau ada gesekan antara pemerintah dan rakyat yg tidak senang dan walau model tahta pemerintahan seperti monarki atau kaisar.
Itulah essensi imamah/khilafah yaitu muslimun wajib mengangkat imam,tak terikat dengan model dan baik atau buruk imam,selama ia muslim.
Lanjut,apakah pemerintahan gaya baru sekarang ini yang telah berdiri masing-masing dengan sekat kebangsaan,suku, madzhab,bendera yang berbeda-beda dan teritorial apakah dengan kepemimpinan model kerajaan atau presiden,itu Lebih ideal dan di kehendaki rasulullah !? Justeru inilah yang di sebut-sebut zaman TAFARRUQ dan masa timbulnya berbagai fitnah yang melemahkan islam dan muslimun. Sudah tentu sangat tidak di kehendaki rasul dan rasul tidak idzinkan kita mendukung pemerintahan negara bangsa,kecuali rasul anjurkan ummat untuk diam (namun tidak diam dari mengajak kepada kebenaran,menolak segala bentuk kemungkaran).