Eramuslim

Minggu, 09 Oktober 2016

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah? 

Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline ini. 
Pertama, mari kita ringkas sejarah perkelahian antara Ali bin abi thalib dengan Mu'awiyah bin abi sufyan untk menjawab ringkasnya.
saya sebagai muslim yang baik tentu tidak akan terlalu mencampuri dan memihak-mihak diantara para shahabat rasul yang bertikai politik itu, bagi muslim yang baik adalah bersikap Adil hati-hati atau sebaiknya diam atas perkara itu dengan maksud memuliakan para sahabat dan membiarkan Allah yang menjadi hakim atas perkara mereka. 
Akan tetapi terpaksa sejarah itu di angkat kembali sebab pihak-pihak yang terus memaksa yang ada kaitan denganya. 
Peristiwa terbunuhnya khalifah utsman bin affan ra. oleh orang yang tidak di kenal memaksa beberapa sahabat terlebih mu'awiyah bin abi sufyan yang masih berhubungan keluarga dengan utsman sekaligus sebagai gubernur di kota syam,agar khalifah Ali bin abi thalib yang naik tahta menggantikan utsman mengusut tuntas sehingga pelaku pembunuhan benar -benar bisa di tangkap dan di adili. 
Khalifah Ali memang tidak sampai menganggap penting mengurusi perkara yang di tuntutkan oleh muawiyah dan orang-orang yang sama ingin mengungkap pelaku pembunuhan utsman, justerj Ali mementingkan tuntutanya sendiri sebagai pimpinan ra'yat muslim agar semua memberikan bai'atnya untuk dirinya dan menarik kembali tanah- tanah yang menurutnya milik negara itu di bagi-bagikan oleh utsman sewaktu menjadi khalifah kepada orang-orang dekatnya tak terkecuali muawiyah yang juga mendapati tanah ghanimah dari utsman. 
khalifah Ali selain mengambil tanah muawiyah untuk di kembalikan kepada negara juga Ali memaksanya untuk segera membai'at dirinya.Muawiyah yang hatinya sakit semakin tambah sakit, dan tak akan pernah membai'at Ali.  
SIAPAKAH AL-ASY'ARI? 
asy'ari generasi pertama adalah abu musa al-asy'ari, beliau adalah orang yang berada di barisan pihak Ali. Di tengah perkelahian fisik berhadapan dengan tentara muawiyah yang telah menelan banyak korban baik di pihak ali juga muawiyah yang sama-sama muslim, tiba-tiba seorang tentara perang dari pihak muawiyah yang bernama amr bin ash mengangkat kitab suci Al-Qur'an dengan bermaksud mengajak berhenti melakukan peperangan sebab mereka adalah sama-sama muslim yang selanjutnya di adakan tahkim yaitu di berikan kesempatan di pihak ali lebih dulu yang di wakili abu musa al-asy'ari untuk memustuskan pengunduran diri ali dari jabatan khalifah. Abu musa telah menyatakan di mundurkanya ali dari jabatan khalifah ,sementara di pihak muawiyah yang di wakili amr bin ash tidak memutuskan pemberhentian muawiyah dari jabatan gubernurnya. Karena itu tahkim ini telah mengecewakan pihak ali dan sebenarnya ali sendiri menginginkan perang di teruskan sampai kekalahan pihak muawiyah. 
Laskar Ali menyambut dan mendukung rencana tahkim kepada al-Quran tersebut dan mendinginkan semangat untuk berperang. Akan tetapi berbeda halnya dengan Amirul mu’minin, beliau tetap bersikeras memberikan semangat kepada pasukannya agar tetap berperang dan dan tidak menghiraukan seruan musuh. Ali memberikan peringatan kepada laskarnya akan tipu-daya yang yang dilakukan Amr bin Ash. Tetapi seruan Ali tidak mendapat perhatian, malahan mereka memaksa Ali supaya mengumumkan bahwa perang dihentikan. Ali terpaksa mengikuti.
Itulah abu musa al-asy'ari generasi pertama. 
KHAWARIJ
Dari peristiwa tahkim itu lalu muncul tentara-tentara ali yang memutuskan keluar atau membelot dari pihak ali karena kebencianya di adakn perdamaian dengan muawiyah dan disertai kekecewaan pada ali ,kelompok pembelot ini bersiasat untuk membunuh muawiyah juga ali, sayangnya hanya ali yang berhasil di bunuh sedangkan muawiyah selamat. 
Didalam pasukan ali memang terdapat pihak-pihak yang kurang di kenal kepribadianya dan kebaikan agamanya, malahan seorang abdullah bin saba itu di nyatakan orang yang paling jahat dalam membuat fitnah,ia orang yang selalu memprovokasi ali agar memecati gubernur-gubernur termasuk muawiyah agar di pecat juga dari jabatanya. 
Dengan adanya ribuan tentara ali yang keluar dari barisan ali maka hal itu semakin mengecilnya kekuatan ali dan semakin kuatnya muawiyah apalagi syam adalah wilayah muawiyah yang sangat maju dan terdidik penduduknya itu mengembargo pemerintahan ali. 
Terbunuhlah Khalifah ali lalu hasan putranya menerima bai'at dari penduduk setempat menggantikanya ,hanya sampai enam bulan lamanya hasan memimpin dan tidak membuahkan hasil apapun sama seperti ali ayahnya, hasan menyerahkan urusan kaum muslimin kepada muawiyah, secara sah muawiyah menjadi khalifah ummat islam. Penyerahan tampuk kepemimpinan oleh hasan kepada muawiyah inilah oleh kaum muslim sunni di sebut sebagai 'AMUL JAMA'AH sebab ummat islam kembali bersatu damai dan tunduk di bawah kepemimpinan muawiyah yang sangat berpengalaman. Kepemimpinan muawiyah berhasil menambah luas wilayah negara khilafah melalui usaha pembebasan-pembebasan (futuhaat), negara tertata, lembaga-lembaga pemerintahan terbentuk, majlis-majlis ilmu diadakan, kemiliteran semakin kuat sehingga berakhirnya khilafah bani umayyah. 
SYI'AH
Didalam suasana kesatuan muslimin dibawah kekhilafahan bani umayyah yang di awali oleh muawiyah bukan berarti aman dari usaha-usaha balas dendam oleh kelompok pembenci muawiyah yang menjadi pengikut setia ali, mereka merasa tertekan ditengah perdamaian hingga akhirnya berfikir bagaimana cara meruntuhkan khilafah bani umayyah itu. Pengikut setia ali yang disebut syi'ah itu membentuk majlis-majlis dzikir, ceramah dan bersya'ir dan bertaqiyah seolah mereka tak peduli dengan perpolitikan. Ada keberhasilan menarik simpati ummat dari diadakanya majlis-majlis syi'ah itu sehingga kaum yang awam pun banyak yang bergabung untuk menata hati, karena itu majlis-majlis yang di adakan oleh syi'ah itu berubah menjadi ambigu karena telah terjadi campurnya antara pihak fanatik ali hasan husain dengan kaum awam yang netral,karena itu para ahli sejarah menyebutkan kelompok ini sebagai golongan tasyayyu yaitu secara cultur mereka di bimbing oleh mursyid-mursyid yang fanatik kepada ali yang benci pemerintahan bani umayyah tetapi sopan dan hurmat kepada khalifah -khalifah setelah nabi yaitu abu bakar, umar dan utsman, serta memuliakan aisyah dan hafshah. 
Adapun yang tampak sangat provokasi kebencianya dan merasa ali telah di khianati oleh para sahabat apalagi oleh bani umayyah maka mereka itulah syi'ah tulen. Majlis yang telah di ikuti banyak orang itu di manfa'atkan untuk membuat makar, kerjasama dengan bani abbasiyah untuk meruntuhkan khilafah umawiyah benar-banar realistis. Namun walau bani abbasiy menggantikan khilafah bani umayyah hal itu tidak lantas syi'ah berhenti menciptakan masalah ,syi'ah meminta untuk di hargai, syi'ah memanglah kelompok yang sangat terlalu ta'ashubnya dan ghuluw kepada tokoh yang baginya kewaliyan atau kepemimpinan  adalah wilayah ali, hasan, husain dan pewaris-pewaris yang dipilih mereka sebagai imam baik imam wilayah  kebathinan maupun  imam wilayah zhahiriyah. Syi'ah lagi-lagi mengganggu jalanya stabilitas negara khilafah abbasiyah yang mengakibatkan ia di perangi oleh pemerintah sehingga tersebar mencari tempat yang aman di manapun seperti di daerah barat seperti yaman dan ke arah timur sampai di bagian nusantara indonesia seperti di aceh dengan cara bertaqiyah tanpa menjelaskan jati diri kesyi'ahanya, namun persembunyianya tetap tercium dan di ketahui oleh para pedagang timur tengah yang juga bermigrasi ke berbagai penjurpenjuru bumi, disamping itu ajaran-ajaran dan doktrin syi'ah memang sulit di terima pemeluk islam karena sangat kontradiksi dengan ajaran islam sendiri. 
ABUL HASAN AL-ASY'ARI 
atau asy'ari generasi kedua sebagai figur yang sangat masyhur setelah abu musa 
namanya Abul al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy'ari keturunan dari Abu Musa al-Asy'ari, salah seorang perantara dalam sengketa antara ,Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah. Al-Asy'ari lahir tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M.  Al-Asy'ari lahir di Basra, namun sebagian besar hidupnya di Baghdad. pada waktu kecilnya ia berguru pada seorang Mu'tazilah terkenal, yaitu Al-Jubbai, mempelajari ajaran-ajaran Muktazilah dan mendalaminya. Aliran ini diikutinya terus ampai berusia 40 tahun, dan tidak sedikit dari hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku kemuktazilahan. namun pada tahun 912 dia mengumumkan keluar dari paham Mu'tazilah, dan mendirikan teologi baru yang kemudian dikenal sebagai Asy'ariah.Ketika mencapai usia 40 tahun ia bersembunyi di rumahnya selama 15 hari, kemudian pergi ke Masjid Basrah. Di depan banyak orang ia menyatakan bahwa ia mula-mula mengatakan bahwa Quran adalah makhluk; Allah Swt tidak dapat dilihat mata kepala; perbuatan buruk adalah manusia sendiri yang memperbuatnya (semua pendapat aliran Muktazilah). Kemudian ia mengatakan: "saya tidak lagi memegangi pendapat-pendapat tersebut; saya harus menolak paham-paham orang Muktazilah dan menunjukkan keburukan-keburukan dan kelemahan-kelemahanya".
Ia hanyalah seorang figur pemikir pada urusan kalam teologi, hasil pemikiranya yang dituang ke lembaran buku itu tersebar luas sehingga banyak muslim yang membaca dan menjadi muqallid teologinya. Walau sebetulnya abul hasan bukanlah orang pertama yang berpendapat seperti pendapat  pribadiny, namun karena karyanya mengkhususkan ijtihad ilmu kalam maka para pendukung pemikiranya dinyatakan bermadzhab kepadanya. 
Seperti ijtihad ilmu fiqh yang bersifat zhanni dan terdapat khilafiyah diantara para tokoh pemikirnya karenanya siapa mendukung siapa tetap dimasukkan sebagai golongan ahlus-sunnah wal-jama'ah dalam perspektif ilmu fiqh. 
Maka dapat disamakan muslim yang mendukung pemikiran abul hasan dan yang mendukung pemikiran mu'tazilah adalah bisa di masukkan kedalam bagian ahlus-sunnah wal-jama'ah sebab ilmu kalam ini pun hasil dari buah praduga/zhanni bukan ilmu kepastian/qath'i, walau praduga baik yang namanyanamanya praduga tetaplah praduga. Ia bukanlah penentu sebagai ahlus-sunnah wal-jama'ah yang original. Karena jika hanya penganut faham abul hasan yang di label sebagai ahlus-sunnah wal-jama'ah yang original maka pemerintahan bani abbasiyah yang pernah menganut faham mu'tazilah bahkan abul hasan sendiri yang juga eks penganut faham mu'tazilah berarti bukan ahlus-sunnah wal-jama'ah, padahal seluruh ulama sunni atau ulama ahlus-sunnah wal-jama'ah mengakui sahnya pemerintahan bani abbasiyah juga bani umayyah sebagai pemerintahan sunni yang berlawanan dengan syi'ah dan khawarij. 
Kalau begitu siapa yang membuat ucapan provokasi yang menyebutkan hanya penganut asy'ari ialah firqah najiyah ahlus-sunnah wal-jama'ah atau kalau di indonesia ini hanya NU dan golongan islamnya habaib !? 
Penulis sendiri bukanlah orang yang menyelisihi asy'ari baik asy'ari generasi awal (abu musa)  maupun tokoh generasi kedua (abul hasan). 
Jika yang di maksudkan adalah penganut asy'ari yang berada di pihak khalifah ali yang berkonfrontasi menghadapi gubernur syam muawiyah dan pihak ini bermaksud hendak mengeluarkan pihak muawiyah dari golongan sunni maka kecurigaan penulis mengarah kepada orang-orang syi'ah atau yang berafiliasi kepada syi'ah. Sesungguhnya jika itu yang hendak di maksudkan maka mereka telah menipu ummat nabi muhammad saw. 
PESAN-PESAN RASULULLAH  AGAR MENJAGA AL-JAMA'AH DAN TERLARANG MENCIPTAKAN PERPECAHAN
وحدثني عثمان بن أبي شيبة ، حدثنا يونس بن أبي يعفور ، عن أبيه ، عن عرفجة ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم ، يقول : " من أتاكم وأمركم جميع على رجل واحد يريد أن يشق عصاكم أو يفرق جماعتكم فاقتلوه. 
"Siapa yang datang kepadamu sedang perkaramu berada di tangan seorang (imam) yang dia bermaksud untuk membelah tongkatmu atau memecah belah jama'ah/kesatuanmu maka bunuhlah dia".
Pada sebuah hadits yang agak panjang meriwayatkan banyaknya sahabat yang bertanya kepada rasulullah tentang kebaikan dan seorang sahabat bertanya tentang zaman keburukan dan zaman kebaikan yang berganti-ganti, apa yang harus di lakukan apabila seorang muslim hidup di dalam masa baik atau buruk yang banyak fitnah, berikut ini haditsnya dan penjelasanya:
 (قال: كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الخير، وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني، فقلت: يا رسول الله، إنا كنا في جاهلية وشر فجاءنا الله بهذا الخير، فهل بعد هذا الخير من شر؟ قال: "نعم"، قلت: فهل بعد ذلك الشر من خير؟ قال: "نعم، وفيه دخن"، قلت: وما دخنه يا رسول الله؟ قال: "قوم يهدون بغير هديي تعرف منهم وتنكر"، قلت: فهل بعد ذلك الخير من شر؟ قال: "نعم، دعاة على أبواب جهنم من أجابهم إليها قذفوه فيها"، قلت: يا رسول الله صفهم لنا، قال: "هم من جلدتنا ويتكلمون بألسنتنا"، قلت: فما تأمرني إن أدركني ذلك؟ قال: "تلزم جماعة المسلمين وإمامهم"، قلت: فإن لم يكن لهم جماعة ولا إمام؟ قال: "فاعتزل تلك الفرق كلها، ولو أن تعض على أصل شجرة حتى يدركك الموت وأنت على ذلك".

هذا الحديث بين فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم بعض مسيرة هذه الأمة بإجمال، وبينها بالتفصيل في حديث حذيفة الآخر الذي قال فيه سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم، يقول: "تكون فيكم النبوة ما شاء الله لها أن تكون، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهج النبوة ما شاء الله لها أن تكون، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكاً عاضاً ما شاء الله لها أن تكون، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكاً جبرية ما شاء الله لها أن تكون، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهج النبوة" وسكت.
يشهده حذيفة -وهو ما كان في أيام عثمان رضي الله عنه في السنة السادسة من خلافة عثمان- بدأ الافتراق والخلاف في هذه الأمة، فأرشد الرسول حذيفة لأن يكون مع جماعة المسلمين وإمامهم، جماعة المسلمين اختلف العلماء في المقصود بها في هذا الحديث، فقيل من بايع تحت الشجرة، وقد بايع تحت شجرة البيعة بيعة الرضوان ألف وخمسمائة صحابي، وقد كان مع علي رضي الله عنه في الفتنة منهم ثمانمائة رجل، ثمانمائة ممن بايعوا تحت الشجرة كانوا مع علي رضي الله عنه، وقيل هم أهل بدر وبقيتهم المقصود بهم بقية أهل بدر، وإمام المسلمين هو إذ ذاك عثمان ثم علي رضي الله عنهما.

ولا ينافي هذا أن يكون الحديث مستمراً، فجماعة المسلمين معناه الجماعة التي تهتم بإعلاء كلمة الله وإعزاز دينه، وإقامة الحجة لله على أهل الأرض بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، وإقامة الحدود وموساة الضعفاء ورفع الظلم، هذه هي جماعة المسلمين ولها مواصفات وشروط شرعية.

فمن شروطها ومواصفاتها: أن يكون تحاكمها إلى كتاب الله وسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأن يكون أمرها منضبطاً منتظماً، وأن لا تقع فيها الخلافات والتنازع، وأن تكون كذلك مستمسكة بإعلاء كلمة الله وإعزاز دينه، مقدمة لذلك على مصالحها الخاصة فهذه هي جماعة المسلمين.

 Jadi AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH adalah mereka yang ada hubungan dengan pemerintahan khilafah, ra'yat yang membai'at imam dan  tunduk kepada imamnya baik dimasa susah maupun senang, bersabar atas kejelekan imam dan bersabar untuk tidak mentaati ajakan kemaksiatan. 
Bukanlah yang bermadzhab dan bertaqlid kepada pemikiran alim ulama tertentu.

Ahlussunnah waljama'ah itu ummat yang pro kepada ulil amri/imamahnya.
Jika imamahnya secara resmi menganut pendapat hanafi/maliki/syafi'i/hambali maka ummat tetap tenang dan mengikuti walau terkadang tidak sependapat.
Jika falsafah teologinya menganut pemikiran al-jubba'i al-mu'taziliy (begitu katanya) maka ummat tetap tentang.
Karena essential ahlussunnah waljama'ah bukan pada ketentuan pendapatan yang berbeda dalam furu'iyyah fiddin.

Bukankah pandangan imam 4madzhab yang saling berikhtilaf itu diakui sebagai pandangan keagamaan sunni?
Kalau begitu ikhtilafnya ahli kalam teologi pada urusan diluar prinsip islam juga harusnya diakui bagian dari yang di maklumi.

Sekali lagi,sunni atau ahlussunnah waljama'ah berwatak tunduk dan sabar saja dibawah imamahnya,kesulitan,kemaksiatan dan attitude kebijakan ulil amri yang menyakiti dan tidak adil cukup dibenci tapi tidak lantas membentuk gerakan separatis dan mengangkat imam sendiri seperti kaum syi'ah.

1 komentar:

Nur s mengatakan...

Saya tunggu masukanya

info salamtime

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah?  Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline...