Eramuslim

Minggu, 26 November 2017

sejatinya pertemuan antara Quraish shihab dan Mustofa bisri (nu) adalah untuk menjembatani hubungan syi'ah-sunni.

Sejatinya kunjungan Doktor quraish shihab sekeluarga di kediaman kyai musthafa bisri adalah bertujuan mencari perlindungan dan berupaya menjadikan NU sebagai jembatan penghubung antara SUNNI-SYI'AH.
Saya tidak sebut sekte syi'ahnya,pokok
nya syi'ah saja.
Apa hubungan pertemuan mereka dengan syi'ah ?
Quraish shihab sangat dicurigai sebagai pembela syi'ah atau memang syi'ah tanpa sebut alirannya. Bukan rahasia,bahwa syi'ah adalah firqah yang memutuskan shaf barisan imamah islam yang sah karena fanatisme Ali bin abi thalib sehingga ushuluhu wa furu'uhu (keturunan keatas dan kebawah).
Bertambah lagi sifat ashabiyyah karena peristiwa terbunuhnya husain bin ali rahimahu Allah.
Dari gugurnya husain lalu di ciptakan tradisi-tradisi peringatan peristiwa kematian seperti asyura sebagai syahadah husain dan arba'in merupakan napak tilas kembalinya para pasukan husain dari tangan pasukan yazid tepat pada hari ke 40 wafatnya husain.
Para habib/sayyid/syarif yang tersebar di seluruh penjuru bumi yang merupakan cucu daripada Ali atau husain bin ali sudah barang tentu turut berduka dan sedih atas peristiwa demi peristiwa pertikaian datuknya di mulai dari ali bin abi thalib yang bermusuhan dengan pasukan loyalis muawiyah,aisyah
,thalhah,zubair sampai pada kepemimpinan bani umayyah dan bani abbasiyah.
Karena itu kecurigaan ummat atas keSyi'ahan mereka itu dapat dibenarkan.
Tidak usah malu-malu dan menutupi.
Silahkan adakan perundingan persatuan islam kembali,itu cita-cita kemuliaan.
Namun tradisi dan amaliyyah agama yang mengotori aqidah islam tetap kami tatap tajam agar syi'ah tidak menyesatkan ummat muhammad yang beraqidah murni dan bertoleransi tanpa bersikap fanatik pada keturunan suku dan bangsa ini.
Adapun NU dipilih sebagai jembatan karena secara kultur NU telah berhasil di giring oleh mereka.
Pada akhirnya NU yang akan menjadi pembela setianya.
FAKTA!!

Fitroni Wonosobo
Jangan gampang prasangka jelek mas salam, sy sering baca, opini njenengan kok selalu memojokan, orang lain, belum tentu yang njenengan pojok kan itu salah, mf baru kali ini sy komen

Nur S
Saya tidak menyalahkan para loyalis ali bin abi thalib karena wajar dalam politik pro dan kontra
Artinya saya tidak menyalahkan syi'ah pada asalnya. Oleh ummat islam peristiwa itu disebut zaman fitnah yg tidak bisa saling menyalahkan.
Bahkan secara pribadi saya lebih cenderung membenarkan ali sebagai khalifah yg tak boleh di perangi.
Tapi sebaiknya kita doakan para sahabat itu.
Kurang baik apa saya,makanya saran saya kepada syi'ah,silahkan adakan perundingan damai saja karena itu baik yakni saya dukung perdamaian tanpa memandang negatif latar belakang agama apalagi sekte.
Ga usah malu2 kalau niatnya baik.
Tapi kalau mau menyesatkan aqidah sunni maka wajarlah kalau malu2,artinya syi'ah mepet dengan tujuan mengajak kepada tradisi meratap melaknat mengontrak wanita membohongi dsb sampai akhirnya membenarkan syiah dan menjauh dari islam yg jama'ah.
Point terakhir ini saja yg harus di awasi karna bahaya menjadi bagian syi'ah rafidhah.
Tidak juga saya menyebutkan NU itu syi'ah. Fokus pada essential dan prinsip syi'ah yang saya maksud.maka tidak akan di temui tuduhan saya bahwa NU adalah syiah.
Ada yang isykal ? Abah..
Permisi juga dari saya yg tidak bosan membuat statement hot.

Yanti Df
Saya pembaca saja
mau ikutan comment,,,seberapalah ilmu saya.
Krn bljr itu lwt byk proses
Al Qur'an jg AS sunnah yg jd pedomn dlm mencari ilmu

Yanto Sae
Ngemeng opo Nur..
Lha wong Beliau berdua sudah bersahabat sejak muda kok.

Abi
poko e rukun
seng durung diapi i bareng"...
ko repot...

Nur S
Lha iki kyai Abi sedikit komen tapi ngerti maksud.
Apik dalam persatuan menjaga marwah millah nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .
Tapi tidak akan mungkin menemui titik temu dalam konsep imamah dan tradisi ritualisme.
Sampai imam2 madzhab fiqih saja mengharamkan shalat bermakmum dibelakang imam syiah karena bid'hanya.
Adapun pertemuan kedua tokoh diatas itu syiah yg tokohnya mayoritas sayyid/
habib,diwakili dr.quraish,terlepas syiah atau bukan dia.
Dan NU yg di wakili kyai mustofa bisa di anggap menjadi jembatan damai.
Perdamaian harus total.
Salah faham lagi ?


Abi
hidayah milik Allah teman"...
semua tiada yg sempurna
kecuali Nabi muhammad yang Ma'sum...
cinta ya cinta...
tp jgn buta
kecuali pd Allah swt dan Rosulnya...
monggo jgn membabibuta...
tawazun....

Senin, 20 November 2017

Warga NU suka menisbatkan wahhabi karena tidak teliti dan ikut-ikutan

😎Warga NU menggeser nisbat wahhabi karena tidak teliti masalah😞

Diantara pelajaran fiqih dalam shalat yang sering di permasalahkan diantaranya adalah:

-bacaan shalawat atas nabi dengan sayyidina atau tidak 
-dzikir setelah shalat fardhu dengan keras atau sirr (rahasia)
-makna kaffain (dua telapak tangan) yang sebenarnya.

Saya tuliskan i'tibar ulama madzhab syafi'iyyah saja agar saya tidak di teriaki sebagai seorang wahabi.

Pertama.
Shalawat tanpa kalimat sayyidina :
 وأقل الصلاة على النبي و آله اللهم صل على محمد و آله. واكملها اللهم صل على محمد وعلى آل محمد الخ.
 "فتح الوهاب تأليف شيخ الإسلام أبى يحي زكريا الأنصاري"

Kedua.
Dzikir sirr (pelan/rahasia) setelah shalat fardhu :
 وسئل النبي ص. أي الدعاء أسمع أى أقرب  إلى الإجابة قال جوف الليل ودبر الصلوات المكتوبات . رواه الترمذي ويكون كل منهما سرا لكن يجهر بهما إمام يريد تعليم مأمومين فإذا تعلموا أسر. "فتح الوهاب صفة الصلاة".
"Nabi di tanya,kapan do'a lebih dekat di ijabah? Jawab nabi : diwaktu tengah malam dan setelah shalat fardhu" HR.TIRMIDZI. do'a pada dua waktu itu dilakukan dengan sirr rahasia. Namun jika imam memperdengarkan suara doa itu bermaksud mengajari ma'mum maka apabila ma'mum telah bisa maka imam merahasiakan suaranya.

-arti kaffain dua telapak tangan yakni telapak tangan perut dan bagian punggungnya:
وعورة حرة غير وجه وكفين) ظهرا وبطنا إلى الكوعين
"باب شروط الصلاة" فتح الوهاب.
"Adapun aurat wanita merdeka yaitu selain wajah dan KAFFAIN (bagian punggung dan perut telapak tangan) sampai pergelangan".

Tidak seperti sebagian wanita yang mempersulit diri untuk menutup bagian punggung telapak tangan karena berasumsi kalau bagian punggung telapak tangan adalah aurat.
Dalam bahasa arab ada adat kalimat tastniyyah yang artinya berlawanan,seperti  أبوين قمرين أذنين. 

Minggu, 19 November 2017

dalil penetapan awal bulan dengan metode hisab

[Kebenaran hisabiyah hilal]

Nur s:

Ayat Al-Qur'anya :
هو الذي جعل لكم الشمس ضيآء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد السنين والحساب. ما خلق الله ذلك إلا بالحق،يفصل الأيات لقوم يعلمون. (يونس.٥)
"Dia (Allah) yang menjadikan matahari sebagai penerang bagimu,dan menjadikan bulan sebagai cahaya,dan dia menetapkan tempat-tempatnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan hisab. Tidaklah Allah menciptakan yang demikian kecuali disertai dengan kebenaran, DIA menerangkan tanda-tanda kuasanya bagi orang-orang yang berilmu".

Ayat  diatas di kuatkan lagi dengan ayat yang terdapat pada surat yasin:
والقمر قدرناه منازل حتى عاد كالعرجون التقديم.
لا الشمس ينبغي لها أن تدرك القمر ولا اليل سابق النهار،وكل فى فلك يسبحون. 
"Dan kami telah tetapkan manazil tempat-tempatnya bulan sehingga ia kembali bagai tandan semula.
Tidak patut matahari bertemu bulan,dan tidak patut pula malam mendahului siang,semua makhluk angkasa beredar dengan ketetapanya."

Sekarang mari kita memahami kedua ayat tersebut.
Konsentrasi orang berakal sebagaimana disebutkan dibagian akhir ayat 5 dari surat yunus " يفصل الآيات لقوم يعلمون" 
Adalah ayat itu sangat terang dan terperinci terutama di bagian "DIA menetapkan tempat-tempat matahari dan bulan supaya kamu sekalian bilangan tahun perhitungan".
Artinya,hilal itu dari awal ke akhir tempatnya dan bentuknya sesuai ketetapanya. Dari ayat yang mengabarkan kebenaran ini maka orang berakal tidak lagi mengandalkan mata penglihatan yang justru terganggu oleh alam.
Tetapi orang berakal memikirkan penafsiran ayat dengan ilmu alam yang telah teruji secara kebenaran fisika dan meteorologi. 
Karena itu maka para ahli ilmu falak zurnamah/penanggalan baik yang menggunakan metode tradisional maupun yang telah modern menyebutkan bahwa memang hilal secara hisab telah wujud,wujudul hilal pada posisi hilal awal inilah oleh ulama islam muhammadiyah diputuskan telah tibanya masuk awal bulan yakni tanggal satu tanpa menunggu rukyat bil-'ainn (melihat dengan mata) atau tidak dengab ru'yah namun cukup dengan hisab imkanur-ru'yah yaitu apabila hilal tertutup oleh awan dan ketinggiannya di yaqini akan terlihatnya hilal.
Pendapat saya,menetapkan awal bulan dengan argument imkarur-ru'yah ini sama sekali tak berdasar teks maupun konteks yang cocok dengan teks ayat manapun.

Bagaimana dengan Hadits :
 صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤية فإن غم عليكم فاقدروا له
Puasalah dan idul fitrilah kamu karena rukyat hilal,apabila cuaca menutup pandanganmu maka tetapkanlah padanya (awal bulan/hilal).

Persepsi saya atas sabda rasul ini :
Yang di perintahkan itu puasanya dan idul fitrinya yakni kita di perintahkan untuk menetapkan awal hilal dalam ramadhan dan syawwal,bukan di perintahkan ru'yah hilalnya.
Adapun LAMnya kalimat  لرؤ يته  Itu bermakna "karena" LAM TA'LIL. 
Jika diartikan dengan bahasa sederhana jadi begini "kelirulah orang yang tidak berpuasa/idul fitri karena ia telah melihat awal hilal".
Kalimat ini coba kita fikir sampai kita mengerti. 

Untuk ru'yat yang gagal karena awan menghadang pandangan maka rasul perintahkan "tetapkanlah" metodenya ya menggunakan ilmu hisab haqiqi itu yakni menetkapkan hilal awal dengan wujudul hilal bukan imkanur  ru' yah.
Karena zaman dahulu belum ditemukan ilmu hisab zurnamah (kalender penanggalan) yang meyakinkan maka solusinya adalah dengan menggenapkan bulan di depannya menjadi 30 hari. 
Masalahnya bagaimana kalau bulan didepanya sudah 30 tapi hilal awal masih belum dapat di lihat/ru'yat,maka sangat relevans penggunaan ilmu pengetahuan fisika yang sudah ada sinyal kecocokan kompatibel dengan nash kitab suci.

Terakhir,tidak adanya ketegasan dan kepastian nash baik dari Al-Qur'an juga Al-Hadits yang memerintahkan ru'yatul hilal untuk menetapkan bulan awal.

لعل الصواب

Kamis, 16 November 2017

santri polos pembela regime jokowi kena damprat

Azam batam super bangga dengan Jokowi yang kumpulkan kyai-kyai di acara perkawinan budaknya.

Nur nazhifa:
Pak pak... yg namanya kawinan ya ngundang orang islam untuk dimintai tolong. Itu sudah lumrah.
berapa banyaknya orang tak shalat dan benci syariat islam tapi begitu istrinya brojol atau kerabatnya mati,yang di undang ya ustadz dan jamaah masjid untuk dimintai tolong. Massak jokowi sendiri yg mau khutbah,menyaksikan,membaca ijab dan berdoa. 
Kalau mau lihat seseorang itu benci atau suka pada sesuatu hal baik agama atau bukan agama maka perhatikan sikap diluar kepentingannya.

Kang Azam Batam:
gini aja..bisa di sebutkan di mana pak presiden benci letak baik agama dan bukan agama..apa yg kamu maksut pembubaran ormas islam..atau mndukung koh ahok..atau ada yg lainnya.tak tunggu jawabannya.atau g perlu di jawab..cukup embak sebutkan aja mbak dr golongan mana..biar sy simpulkan..soalnya maaf kalau embak dr glongan HT*.PK*.GRIND*..hal yg lumrah.bg sy..ibarat orang alergi pisang..jangankan suruh makan lihat aja muntah..he he.saran hilangkan perasaan benci.pedendam..biar sehat jasmani dan rohani terus..sayang amaliah2 sy slma ini kt kerjakan hlang amalnya krna karna sesuatu yg g prlu...udah mbaknya mau ke masjid sholat subuh...salam ta'dhim buat ulama' dr kami kang azzam pria baru beristri 1 ber anak 3...smg brkah suanya...Amiin ya 

Nur Nazhifa:
"hilangkan kebencian" itu nasehat buat anda pribadi,betul tak ?
Benci kebijakannya itu ma'lumun.
Dia itu figur negara dan rakyatnya. 
Jika mau tahu dosa2 jokowi dan pdip pada islam maka kita harus peka pada politik Pemerintahan. 
Satu, anda sudah sebutkan yaitu uu ormas.
Jika bijak,maka uu itu bisa menjerat ormas manapun yang melanggarnya.
Tapi tidak berlaku asal loyal pada pemerintah pdip ini.

dana buat MUI di stop dan fatwa halal MUI di rampas regime.
aliran kepercayaan di akui.
kerjasama dengan negara komunis melonggarkan komunis di negri ini untuk bangkit.
Dipertahankanya luhut binsar didalam kabinetnya,ditempatkanya cahyo kumolo di kursi kementrian dalam negri,di angkatanya nasaruddin umar menjadi imam istiqlal mengganti kyai musthafa ali,diangkatnya tito menjadi kapolri,situs2 islamis di block,dst. Adalah siasat jokowi dan pdip untuk menghadang islam sistematis dalam bernegara.
Maka perhatikanlah mentri2 dan para loyalis jokowi itu terhadap kritisnya ummat islam atas segala kebijakannya. 
Ummat islamislah yang masif dalam kritis dalam memberi sarAn kepada pemerintahan jokowi. 

Adapun kaum santri itu di dulang dengan berbagai bentuk sumbangan dan kaum strukturalnya di manfaatkan untuk menjaga regime dan para donatur kafir dengan dalih menjaga nkri,dengan maksud agar santri yang polos-polos itu mingkem atau agar kontra dengan sesama islam. ini namanya di adu di benturkan. 

Kang Azam Batam:

ha ha ha....

😇
Si azam batam Di damprat gadis akhirnya cuma ketawa.

Sabtu, 11 November 2017

tawassul bid'ah dan terlarangnya menggunakan hadits mauquf atas hadits marfu' yang shahih

Tawassul di sepakati masyruiyyahnya karena ayatnya ada.
Dan telah disepakati bolehnya tawassul dengan nabi atau orang shalih yang hadir.

Adapun tawassul dengan hamba yang telah tiada seperti
 بالمصطفى بلغ مقاصدنا / إنى أتوجه إليك بنبيك
Itu ghairu masyruiyyah
Karenanya melahirkan perdebatan sepanjang masa walau ada haditsnya.
Kenapa ada haditsnya kok masih dipertentangkan?
Karena hadits yg bisa jadi dalil itu harus bersandar ucapan dan perbuatan rasul bukan yang lainnya.


Harus shahih karena ini aqidah,kalau untuk fadhail amal bolehlah berdalil dengan Hadits dhaif,pendapat sebagian.
Hadits diatas itu mauquf,dan bukan hadits tapi atsar/akhbar.
Itu konsistensi mushthalah.

Karena tawassul dengan mengagungkan makhluq syuhbat maka saya bilang ini ghulwun yg Bisa naik level menjerumuskan kepada kesyirikan.dan Ghuluw itu terlarang.
Begitu pertimbangannya.

Adapun Diantara dalil yang saya tolak itu karena ada alasan:
تقديم المرفوع على الموقوف لتعارضهما
"Mendahulukan hadits marfu' atas hadits mauquf karena bertentangan diantara keduanya".

Marfu' itu hadits yang di nukil dari ucapan / perbuatan rasul.
Sedangkan mauquf itu ucapan /perbuatan/diamnya sahabat.
Diam sahabat itu bisa di hukumi ijma sukuti bisa juga tidak sama sekali.
Dan menurut ilmu musthalah hadist,ucapan/perbuatan sahabat itu bukan hadits tapi atsar atau khabar.

Lagi.
Jangan gagal fokus pada ucapan  imam ibn hanbal ini :
 الحديث الضعيف أحب إلي من الرأي
"Hadist dha'if itu lebih saya suka daripada pendapat"

Gagal fokusnya jadi begini:
 الحديث الضعيف يصح الاستعمال به ولو يخالفه الحديث الصحيح.
"Hadits dhaif sah beramal denganya walau hadits shahih menyelisihinya".

-hadist dhaif boleh buat dalil fadhail amal.
Hati-hati mencontohkanya,jangan begini:
"Sunnah puasa senin dan kamis atau shalat sunnah dengan menggunakan dalil dhaif". Ini tidak boleh karena puasa walau sunnah dasarnya harus dengan dalil yang sahih.
Contoh bolehnya hadits dhaif buat dalil fadhilah amal :
"Siapa yang paginya membaca ta'awwudz dan membaca tiga ayat akhir dari surat al-hasyr maka Allah utus 70.000 malaikat untuk mendoakanya sampai sorenya dan jika ia mati pada hari itu maka syahidlah kematianya" معقل بن يسار رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (من قال حين يصبح ثلاث مرات أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم وقرأ ثلاث آيات من آخر سورة الحشر وكل الله به سبعين ألف ملك يصلون عليه حتى يمسي وإن مات في ذلك اليوم مات شهيد.
Contoh hadits dhaif yang membicarakan fadhillah dalam puasa/baca Al-Qur'an/dst.. Itu boleh di amalkan. Tapi bukan pokok ibadahnya yang boleh menggunakan dalil hadits dhaif.
لعل الصواب

Senin, 06 November 2017

Habib salim al-muhdhor : banyak habib syi'ah dan kedustaan madzhab ahlul bait

KIBLAT.NET, Jakarta – Habib Salim Al Muhdor, Lc. MA, Ketua Forum Da’i Ahlus Sunnah wal Jama’ah (FORDASWAJA), menyampaikan data dan fakta Syiah yang berkembang di Indonesia. Menurutnya, klaim Syi’ah tentang pengikut dan mazhab Ahlul Bait adalah sebuah kedustaan belaka.
“Madzhab Ahlul Bait itu bohong, itu bikinan dan strategi mereka agar bisa diterima dikalangan Habaib dan masyarakat,” ujar Habib Salim seperti dikutip Kiblat.net dari situs resmi Komite Pembela Ahlul Bait dan Sahabat, Koepas.org.
Habib lulusan Universitas Islam Madinah ini tak menampik bahwa banyak Habaib yang condong atau bahkan menjadi Syiah. “Di Jakarta ini, keluarga besar saya adalah Syiah, bahkan marga saya, Al Muhdor hampir 99, 99 persen adalah Syiah,” ujarnya dalam seminar yang diadakan Komite Pembela Ahlu Bait dan Sahabat (Koepas), Ahad (18/05/2014) pagi bertema ‘Membentengi Umat dari Penyimpangan Syiah’.
Meski demikian, Habib yang aktif mengisi kajian rutin di masjid Al Fattah Jatinegara ini menuturkan bahwa tidak setiap habib adalah Syiah.
“Tidak setiap Habib itu Syiah, kita harus berbaik sangka dulu, kami banyak yang Sunni bahkan ada pula yang Salafi,” terangnya.
“Untuk hadapi Syiah, kenali Islam secara utuh,” ucap Habib Salim yang juga dikenal sebagai Ketua Forum Da’i Ahlu Sunnah wal Jamaah ini.
Jika umat Islam bisa mengenali ajaran Islam sesungguhnya secara menyeluruh, maka bahaya apapun tak akan masuk, termasuk pemahaman Syiah. Ajaran sesat Syiah bisa dengan mudah masuk ke tengah-tengah masyarakat Islam Indonesia karena jauhnya masyarakat dari ajaran-ajaran Islam yang murni, yang sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah dan pemahaman para Sahabat nabi dan pengikutnya.
Ia juga menegaskan, Syiah ibarat bagai duri dalam daging di tubuh umat. Terlebih di hadapan umat yang awam mengenai ajarannya. [sdqfajar]

Jumat, 03 November 2017

Kebebasan merujuk semua madzhab sebagai referensi itu bukan anti madzhab.


Nur S
Bicara kemurnian aqidah tauhidullah ITU LEBIH PENTING daripada bicara perlunya bermadzhab satu.
Ulama cap jangkrik kalau masih menghukum wajib taqlid pada satu madzhab dan memaki-maki yang tidak bermadzhab tertentu.
Sungguh persepsi para pakar dalam studi fiqih maupun kalam yang terus jadi alat gasak gesek ITU ijtihadiyah.
TAHUkah ijtihadiyah?
Dalil agama telah berabad-abad tertulis "ijtihad itu bisa benar bisa juga salah,benar atau salah ijtihad tetap berpahala" .
Artinya,ijtihad itu bukan produk agama suci yang patten,bahasa kerenya ijtihadi itu produkc agama yang MUKHTALAFUN FIH.
dari ijtihadiyah itu melahirkan mashadir al-ahkam (sumber hukum) bernama qiyas dan ijma.
Dari ijtihadiyah itu juga melahirkan dalil2 umum seperti ISTIHSAN,ISTISH
AB,MASLAHAH MURSALAH,ADAT MUHAKKAMAH,SAD DZARI'AH.
dari ijtihadiyah itu melahirkan ragam hukum seperti WAJIB MUHADDAD,WAJIB GHAIRU MUHADDAD,MUWASS
A'MUDHAYYAQ,HARAM LIDZTIHI, HARAM LIGHAIRIHI,MAND
UBAH,MUSTAHABBAH,MAKRUH TANZIH,MAKRUH TAHRIM,NASAKH,T
AGHAYYUR, KHAWATHIR,TA'WI
L,KHAS,'AM.DLL.
Dari ijtihadiyah lahirlah karakter kalimat/
kalam seperti haqiqat,majaz,tasybih,fa
shahah,tanafur,ithnab,tathwil,kulli,juz'i,dll.
Mari dukung salafi untuk istiqomah menyampaikan kemurnian tauhid.
Mari mempersilakan salafi untuk menyampaikan pandangan diluar aqidah walau menyinggung pendapat saya dan anda.
Mari dukung salafi untuk terbuka dan memaklumi ikhtilafiyyah.
Mari memaklumi beda pandangan dia dengan kita.
Salafi bukan sekte sesat dari islam.
1 November pukul 21:53 · Facebook Lite · Privasi: Teman

Anda, Fahlawi Abu Azzahra, dan 2 lainnya

Ali Mahfud
ﻳﺠﺐ ﺍﻟﺘﻤﺬﻫﺐ ﺑﺎﺣﺪ ﻣﺬﺍﻫﺐ ﺍﻻﺭﺑﻌﺔ
Ngertiku cuman iku, nk gk ngono yo salah. Tpi nek wong sarafi moh bermadhab yo b en karepe
Suka · Tanggapi · Balas · Hapus ·
Laporkan · Kemarin pukul 14:09

Nur S
Qoul siapa tuh ?
Apakah imam 4 madzhab mewajibkan bermadzhab satu?
Kalau dalam hukum agama jelas tidak ada.
Suka · Tanggapi · Balas · Sunting ·
Kemarin pukul 14:40

Ali Mahfud
Buka dwe bugyatul mustarsyidin
Suka · Tanggapi · Balas · Hapus ·
Laporkan · Kemarin pukul 15:49

Nur S
Saya tak punya kitabnya.
Kalaupun ada, tak diragukan lagi bahwa eta cuma pendapat doank...
Saya lebih dulu mendengar hal2 mitos begini.
Silahkan bermadzhab satu.
Tapi mewajibkanya dengan menakut-nakuti itu sungguh terlalu...
Suka · Tanggapi · Balas · Sunting ·
Kemarin pukul 16:05

Ahmad Uba
Iktilapya imam itu rahmat bagi umat kan senanq.mmanq ijthat btul slah pahala
Tp ra smua oranq boleh
1 · Suka · Balas · Hapus ·
Laporkan · Kemarin pukul 17:36

Nur S
Oke kiyai.
Maksude ingsun,ijtihadnya ulama yg tsiqqoh terlebih imam2 madzhab itu dibenarkan semua,bukan para imam fiqih saja tapi ijtihad ulil amri/khalifah/
qadhi balad juga dibenarkan asal tidak nyata kesalahanya.
Karena itu pribadi saya walaupun menganut madzhab syafii dalam peribadatan tapi tidak fanatik buta pada imam asy-Syafii.
Pribadi saya melonggarkan diri untuk menerima hasil ijtihad ulama yg lain yang tsiqqah keilmuanya baik dalam sikon mudhtor atau aman dengan kekuatan dalil naqli maupun nalar (aqli ).
Disunting · Suka · Tanggapi · Balas ·
Sunting · Kemarin pukul 20:46


Indra Ndra
anti madzhab tetapi bermadzhab ke mbah google, terjemahan dan ibnu taimiyyah yg jauh dari tabiut tabiin.
Suka · Tanggapi · Balas · Hapus ·
Laporkan · 6 jam yang lalu

Nur S
Yg anti madzhab siapa?
Baca dengan konsentrasi.
Kebanyakan yang ngaku bermadzhab satu imam itu malah tak ngerti pendapat imamnya.
Bermadzhab satu cuma pada bab2 tertentu,tidak syumuliyyah.
Kalau di contohkan mk banyak ditemukan kejadiannya.
Suka · Tanggapi · Balas · Sunting · 6 jam yang lalu

Ali Mahfud
enakan ndak bermadzhab. bayangkan kita wudlu dng cara syafi'iah tpi soal pmbatalnya kita ikut madzhab lain sperti menyentuh ajnabi atau mmemegang dzakar tidak batal. kan semua madzhab benar kita ikuti aja semua
Suka · Tanggapi · Balas · Hapus ·
Laporkan · 3 jam yang lalu

Nur S
@ali
Saya kan bilang, silahkan bermadzhab satu tapi menakuti orang seperti menghukum batal ibadah orang karena "Ya seperti yang antum contohkan itu".
Saya berpendapat sesuai statement yg saya tulis diatas bahwa hal2 seperti Itu adalah ijtihadi yg mukhtalaf karena itu jika seseorang nyaman atau yaqin dengan prilakunya maka untuk apa dipermasalahkan.
Yaqin pada prinsip agama itu tidak bisa di haramkan dengan non prinsip furuiyyah yg masih mukhtalaf.
Tapi silahkan jika anda2 tetap berpendirian dengan keharaman talfiq untuk diri sendiri.
Saya juga terkadang juga ragu dalam hal talfiq seperti yang antum contohkan karena doktrin syafiiyyah,tetapi saya menghilangkan keraguan akan kebathalan wudhu apabila tanpa sengaja saya bersenggolan dengan istri saya dengan mempertimbangkan pendapat lain yg menyebutkan bahwa lafazh " ﻟﻤﺴﺘﻢ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ" itu majaz lughawi juga majaz ma'nawi.
Karena menghukumi keharaman talfiq ini tidak pasti dalam agama yang prinsipil ini maka saya tetap nyaman ketika saya bermakmum pada imam yang lain madzhab yang saya telah melihat ia tidak mengulangi wudhu padahal bersentuhan dengan istrinya tanpa HAIL (benda penghalang).
Bukankah kita di anjurkan untuk yaqin dan meninggalkan keraguan..
Sekarang tunjukkan kepada saya dalil yang pasti tanpa mengandung keraguan akan pendapat yang menghukum batalnya wudhu sebab persentuhan antara suami-istri ?
Adapun contoh2 lain yang di langgar oleh kebanyakan ahli ashabiyah (fanatisme) madzhab itu sangat banyak,seperti NIAT yang oleh madzhab syafii itu rukun yang berarti ia wajib masuk dalam amal ibadah yang di lakukan tapi mereka melafazhkan di luar takbir ula (shalat),bukankah ini sudah talfiq karena niat diluar amal ibadah itu syarat oleh madzhab lain yang bukan ibadah.
Lagi,tuma'ninah itu syarat wajib dalam madzhab syafii,tapi lihat tarawihnya syafiiyyah jawa itu meninggalkan tumakninah,Bukankah ini juga talfiq dengan madzhab hanafiyah yang tidak mewajibkan tuma'ninah?
Bagaimana dengan menjual kotoran yg dihukum haram didalam madzhab syafii tapi banyak muqallid 'ama syafiiyyah yang berbisnis kotoran ?

Kamis, 02 November 2017

Allah istawa diatas 'Arsy (aqidah ahlus-sunnah wal-jama'ah)



Dari : islamweb.net
السؤال
كنت أناقش بعض الذي ينكرون أن الله فوق عرشه استوى.. ويزعمون أنه لا داخل العالم ولا خارجه ولا فوق ولا تحت ولا.. ولا.. إلى آخر تلك الترهات.. ونقلت له نقولاً عن سلفنا الصالح تؤكد أنهم يثبتون أن الله عز وجل فوق عرشه.. استوى كما يليق بجلاله.. فما كان منه إلا أن قال أن ذلك يعني أن الله في مكان.. وهذا كفر.. فقلت له إن العرش آخر المخلوقات.. وما دون العرش يوصف بأنه في مكان وجودي.. أما ما فوق العرش فليس بمكان أصلاً.. بل لقد أطلق عليه بعض العلماء أنه مكان عدمي.. فاستهزأ من كلمة (مكان عدمي) جدًا.. وقال إن كل المكان مخلوق.. وإذا قلنا إن الله فوق العرش إذن فهو في مكان.. وبالتالي لا يصح ذلك.. وقال إن آخر المخلوقات ليس العرش.. بدليل الحديث الذي فيه أن الله كتب كتابًا (فهو عنده فوق العرش).. وأسئلتي بارك الله فيكم هي:
1- مدى صحة كلامي..؟
2- هل العرش آخر المخلوقات..، أم ماذا.. وكيف نجمع بين ذلك وبين الحديث..؟
3- هل إذا أثبتنا العلو لله نكون قد نسبنا له المكان أو الجهة.. أرجو التفصيل جدًا حول هذه النقطة أو الإحالة على فتوى مفصلة جدًا..
4- كان مما قيل له أن ارتفاع النقيضين محال عقلاً.. فقال رفع النقيضين عما يلزمه الاتصاف بأحدهما هو المحال وأما الله فلا يلزمه الاتصاف بأحدهما.. وقال إن الجدار لا يعلم ولا يجهل ولا إحالة عقلية هاهنا.. وهذه بتلك.. فما الرد على ذلك؟
5- نقل لي كلامًا عن بعض السلف أنهم ينفون المكان عن الله وكذلك الجهة.. من ذلك قول أبي حنيفة إن الله يرى لا في جهة.. وقول لأحد التابعين أن من قال إن الله على شيء فقد كفر.. ونقل قولاً للشافعي أنه كفَّر من اعتقد أن الله جالس على العرش أو فوق العرش.. يقول إن قول الشافعي ذلك في كتاب لابن المعلم القرشي (رجم المعتدي).. فما قولكم بارك الله فيكم..؟
6- ما رأيكم بالشيخ عبد الرحمن دمشقية، أرجو التفصيل قليلاً.. وأخيرًا أعتذر عن الإطالة.. وعندي رجاء لكم.. أرجو أن تعطوني إيميل أحد أعضاء لجنة الفتوى أو أحد طلبة العلم بحيث أرجع إليه بسرعة.. وهذا بالفعل طلب مهم جدًا بالنسبة إليّ.. لأن مركز الفتوى زاده الله توفيقًا يتأخر بسبب كثرة الأسئلة.. أعانكم الله.

الإجابــة
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد:
فعلى طالب العلم الاعتصام بمنهج أهل السنة والجماعة في الاعتقاد والعمل، ولا يلزمه الاطلاع على مقالات المخالفين لهم، فضلاً عن مناظرتهم واستماع شبههم، فإن السلامة لا يعدلها شيء، وقد كان السلف رحمهم الله ينهون أشد النهي عن مجالسة أهل البدع، وإذا مروا بهم وضعوا أصابعهم في آذانهم لئلا يصل إليها شيء من شبههم، وذلك مع علم السلف وفهمهم، فكيف بمن بعدهم؟!
قال ابن القيم في مفتاح دار السعادة: وقال لي شيخ الإسلام رضي الله عنه -وقد جعلت أورد عليه إيراداً بعد إيراد- لا تجعل قلبك للإيرادات والشبهات مثل السفنجة فيتشربها، فلا ينضح إلا بها، ولكن اجعله كالزجاجة المصمتة تمر الشبهات بظاهرها ولا تستقر فيها، فيراها بصفائه ويدفعها بصلابته، وإلا فإذا أشربت قلبك كل شبهة تمر عليها صار مقراً للشبهات -أو كما قال- فما أعلم أني انتفعت بوصية في دفع الشبهات كانتفاعي بذلك، وإنما سميت الشبهة شبهة لاشتباه الحق بالباطل فيها، فإنها تلبس ثوب الحق على جسم الباطل... انتهى.
وقال الإمام مالكأرأيت إن جاء رجل أجدل من رجل يدع الرجل دينه كل يوم لدين جديد؟!.
وعلى هذا فننصحك بتجنب الجدال مع أهل البدع الاعتقادية، وليسعك التمسك بما أنت عليه من الحق الثابت بالدليل، والذي عليه أئمة أهل السنة من لدن الصحابة رضي الله تعالى عنهم إلى زماننا.
هذا وإن أهل السنة والجماعة يعتقدون أن الله سبحانه وتعالى مستوٍ على عرشه استواءً يليق بجلاله ولا يماثل استواء المخلوقين، وأنه بائن من خلقه، وانظر أدلة ذلك من الكتاب والسنة وإجماع سلف الأمة في الفتوى رقم:6707.
ومعنى الاستواء عند أهل السنة والجماعة هو: العلو والارتفاع والصعود، وليعلم أنه لا يجوز إبطال دلالة النصوص المثبتة لصفة الاستواء بمجرد أوهام يظن صاحبها أنها دلالات عقلية، إذ إن العقل الصريح لا يعارض النقل الصحيح.
واعلم كذلك أن صفة المكان لم تثبت في الكتاب ولا في السنة، فلا نثبتها ولا ننفيها، والقول بالمكان العدمي لم يسبق إلى إثباته أحد من سلف الأمة، وليسعنا ما وسعهم وإن كان شيخ الإسلام رحمه الله قد عبر بألفاظ مرادفة كالحيز العدمي، فلا ينبغي أن يلجئك النقاش مع المبتدعة إلى تكلف ما ليس لك به علم.
هذا وإن أهل السنة يعتقدون أن الله تعالى فوق خلقه عالٍ عليهم بائن منهم، وهذا إن سماه المبتدعة جهة فإن ذلك لا يزحزحنا عن اعتقاده لتواتر النصوص به، وقد بين شيخ الإسلام في أكثر من موضع من كتبه أن الجهة لفظ مجمل يحتمل حقاً وباطلاً والسبيل فيما هذا شأنه من الألفاظ أن يستفصل عن معناه فإن كان باطلاً رد وإن كان حقاً قبل وعبر عنه باللفظ الشرعي وإليك شيئاً من كلامه رحمه الله فقد قال في منهاج السنة النبوية:وكذلك الكلام في لفظ الجهة فإن مسمى لفظ الجهة يراد به أمر وجودي كالفلك الأعلى ويراد به أمر عدمي كما وراء العالم، فإذا أريد الثاني أمكن أن يقال كل جسم في جهة وإذا أريد الأول امتنع أن يكون كل جسم في جسم آخر.
فمن قال: الباري في جهة وأراد بالجهة أمراً موجوداً فكل ما سواه مخلوق له ومن قال إنه في جهة بهذا التفسير فهو مخطئ، وإن أراد بالجهة أمراً عدمياً وهو ما فوق العالم، وقال إن الله فوق العالم فقد أصاب وليس فوق العالم موجود غيره فلا يكون سبحانه في شيء من الموجودات، وأما إذا فسرت الجهة بالأمر العدمي فالعدم لا شيء، وهذا ونحوه من الاستفسار وبيان ما يراد باللفظ من معنى صحيح وباطل يزيل عامة الشبه. انتهى.
وقال أيضاً في مجموع الفتاوى: وقد أخبرنا أيضاً أنه قد استوى على العرش فهذه النصوص يصدق بعضها بعضا والعقل أيضاً يوافقها ويدل على أنه سبحانه مباين لمخلوقاته فوق سماواته، وأن وجود موجود لا مباين للعالم ولا محايث له محال في بديهة العقل فإذا كانت الرؤية مستلزمة لهذه المعاني فهذا حق وإذا سميتم أنتم هذا قولاً بالجهة وقولا بالتجسيم لم يكن هذا القول نافيا لما علم بالشرع والعقل إذا كان معنى هذا القول والحال هذه ليس منتفياً لا بشرع ولا عقل.
ويقال لهم ما تعنون بأن هذا إثبات للجهة والجهة ممتنعة أتعنون بالجهة أمراً وجودياً أو أمراً عدمياً، فإن أردتم أمراً وجودياً وقد علم أنه ما ثم موجود إلا الخالق والمخلوق والله فوق سماواته بائن من مخلوقاته لم يكن والحالة هذه في جهة موجودة فقولكم إن المرئي لا بد أن يكون في جهة موجودة قول باطل فإن سطح العالم المرئي وليس هو في عالم آخر.
وإن فسرتم الجهة بأمر عدمي كما تقولون إن الجسم في حيز والحيز تقدير مكان وتجعلون ما وراء العالم حيزاً فيقال لكم الجهة والحيز إذا كان أمراً عدمياً فهو لا شيء وما كان في جهة عدمية أو حيز عدمي فليس هو في شيء ولا فرق بين قول القائل هذا ليس في شيء وبين قوله هو في العدم أو أمر عدمي فإذا كان الخالق تعالى مبايناً للمخلوقات عالياً عليها وما ثم موجود إلا الخالق أو المخلوق لم يكن معه غيره من الموجودات فضلاً عن أن يكون هو سبحانه في شيء موجود يحصره أو يحيط به.
فطريقة السلف والأئمة أنهم يراعون المعاني الصحيحة المعلومة بالشرع والعقل ويراعون أيضاً الألفاظ الشرعية فيعبرون بها ما وجدوا إلى ذلك سبيلاً ومن تكلم بما فيه معنى باطل يخالف الكتاب والسنة ردوا عليه ومن تكلم بلفظ مبتدع يحتمل حقاً وباطلاً نسبوه إلى البدعة أيضاً وقالوا إنما قابل بدعة ببدعة ورد باطلا بباطل. انتهى.
وراجع للفائدة تفسير القرطبي رحمه الله لآية الاستواء في سورة الأعراف فإنه نقل اعتقاد السلف وأنه لم ينكر أحد منهم أنه سبحانه استوى على عرشه حقيقة وأنهم لم يقولوا بنفي الجهة بل نطقوا هم والكافة بإثباتها لله تعالى كما نطق كتابه وأخبرت رسله وإنما أحلناك إليها لترى ما نقله عن السلف لا لما يعتقده هو رحمه الله.
وأما العرش، فالصحيح أنه أعلى جميع المخلوقات وهو سقفها، قال شيخ الإسلام ابن تيميةوالعرش فوق جميع المخلوقات، وهو سقف جنة عدن التي هي أعلى الجنة، كما ثبت في الصحيحين عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: إذا سألتم الله فأسألوه الفردوس، فإنه أعلى الجنة، وسقفه عرش الرحمن.
وقال الحافظ ابن كثير في تفسيره: ...هو مالك كل شيء وخالقه، لأنه رب العرش العظيم الذي هو سقف المخلوقات، وجميع الخلائق من السموات والأرضين وما فيهما وما بينهما تحت العرش، مقهورون بقدرة الله تعالى.انتهى.
وأما الجمع بين كون الله مستويا على عرشه وأن عرشه فوق جميع المخلوقات، وبين الحديث الدال على أن الله كتب كتاباً فهو عنده فوق العرش، فلم نجد لأئمة أهل السنة ذكراً لذلك بحسب بحثنا، ونحن نؤمن بكل ما ثبت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولقد سمع صحابة رسول الله صلى الله عليه وسلم هذا الحديث فلم يستشكلوه، فليسعنا ما وسعهم، ولا نخوض فيما ليس لنا به علم، وقد أحسن من انتهى إلى ما سمع.
وأما قول صاحبك (إن رفع النقيضين عما يلزمه الاتصاف بأحدهما هو المحال)، فهذا القول لا يسلم له، فقد قال شيخ الإسلام ابن تيمية في التدمرية: ... وإن كان المخاطب من الغلاة نفاة الأسماء والصفات وقال لا أقول هو موجود ولا حي ولا عليم ولا قدير بل هذه الأسماء لمخلوقاته إذ هي مجاز لأن إثبات ذلك يستلزم التشبيه بالموجود الحي العليم، قيل له وكذلك إذا قلت ليس بموجود ولا حي ولا عليم ولا قدير كان ذلك تشبيها بالمعدومات وذلك أقبح من التشبيه بالموجودات، فإن قال أنا أنفي النفي والإثبات قيل له فيلزمك التشبيه بما اجتمع فيه النقيضان من الممتنعات، فإنه يمتنع أن يكون الشيء موجوداً معدوماً أو لا موجودا ولا معدوما ويمتنع أن يكون يوصف ذلك باجتماع الوجود والعدم أو الحياة والموت أو العلم والجهل أو يوصف بنفي الوجود والعدم ونفي الحياة والموت ونفي العلم والجهل.
فإن قلت إنما يمتنع نفي النقيضين عما يكون قابلا لهما وهذان يتقابلان تقابل العدم والملكة لا تقابل السلب والإيجاب فإن الجدار لا يقال له أعمى ولا بصير ولا حي ولا ميت إذ ليس بقابل لهما، قيل لك أولاً هذا لا يصح في الوجود والعدم فإنهما متقابلان تقابل السلب والإيجاب باتفاق العقلاء فيلزم من رفع أحدهما ثبوت الآخر.
وأما ما ذكرته من الحياة والموت والعلم والجهل فهذا اصطلاح اصطلحت عليه المتفلسفة المشاؤون والاصطلاحات اللفظية ليس دليلاً على نفي الحقائق العقلية وقد قال الله تعالى: وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ* أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ. فسمى الجماد ميتاً وهذا مشهور في لغة العرب وغيرهم.
وقيل لك ثانياً فما لا يقبل الاتصاف بالحياة والموت والعمى والبصر ونحو ذلك من المتقابلات أنقص مما يقبل ذلك فالأعمى الذي يقبل الاتصاف بالبصر أكمل من الجماد الذي لا يقبل واحداً منهما، فأنت فررت من تشبيهه بالحيوانات القابلة لصفات الكمال ووصفته بصفات الجامدات التي لا تقبل ذلك، وأيضاً فما لا يقبل الوجود والعدم أعظم امتناعاً من القابل للوجود والعدم بل ومن اجتماع الوجود والعدم ونفيهما جميعاً فما نفيت عنه قبول الوجود والعدم كان أعظم امتناعاً مما نفيت عنه الوجود والعدم، وإذا كان هذا ممتنعاً في صرائح العقول فذاك أعظم امتناعاً فجعلت الوجود الواجب الذي لا يقبل العدم هو أعظم الممتنعات وهذا غاية التناقض والفساد.انتهى.
وقال في موضع آخر من التدمرية: واعلم أن الجهمية المحضة كالقرامطة ومن ضاهاهم ينفون عنه تعالى اتصافه بالنقيضين حتى يقولون ليس بموجود ولا ليس بموجود ولا حي ولا ليس بحي ومعلوم أن الخلو عن النقيضين ممتنع في بدائه العقول كالجمع بين النقيضين.
وآخرون وصفوه بالنفي فقط فقالوا ليس بحي ولا سميع ولا بصير وهؤلاء أعظم كفراً من أولئك من وجه وأولئك أعظم كفراً من هؤلاء من وجه فإذا قيل لهؤلاء هذا مستلزم وصفه بنقيض ذلك كالموت والصمم والبكم، قولوا إنما يلزم ذلك لو كان قابلا لذلك وهذا الاعتذار يزيد قولهم فساداً وكذلك من ضاهى هؤلاء وهم الذين يقولون ليس بداخل العالم ولا خارجه إذا قيل هذا ممتنع في ضرورة العقل، كما إذا قيل ليس بقديم ولا محدث و

Rabu, 01 November 2017

Dahulukan ikhtiar dan adil baru sabar dan ikhlas kemudian (hukum zhahir dulu baru kebathinan kemudian)

Punten kalau kedawan, kyai.

 وإن عاقبتم فعاقبوا بمثل ما عوقبتم به ولئن صبرتم لهو خير للصابرين ( 126 ) واصبر وما صبرك إلا بالله ولا تحزن عليهم ولا تك في ضيق مما يمكرون ( 127 ) إن الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون ( 128 ) ) 

يأمر تعالى بالعدل في الاقتصاص والمماثلة في استيفاء الحق ، كما قالعبد الرزاق ، عن الثوري ، عن خالد ، عن ابن سيرين : أنه قال في قوله تعالى : ( فعاقبوا بمثل ما عوقبتم به ) إن أخذ منكم رجل شيئا ، فخذوا منه مثله . 
Ayat diatas mengajarkan pentingnya fiqih syariat dibagian pertamanya yaitu kejahatan kezhaliman apapun bentuknya itu harus di hentikan dengan hukum misalnya iqtishash,had,diyat dan uqubat lainya.
Terlahir fiqh syariah sebagai konsekuensi kehidupan bersama untuk menciptakan kebebasan (الحرية),keadilan (العدالة),keamanan  Dan keselamatan. 
Maka peraturan dibuat dengan jalan tasyawur untuk ditaati.
Tidak dibenarkan sebuah pelanggaran dan segala kezhaliman itu dibiarkan dengan dalil sabar.
Itu dibagian awal ayat yg kita jadikan sumber nasihat dalam menghadapi masalah dengan sesama kita.

وهذه الآية الكريمة لها أمثال في القرآن ، فإنها مشتملة على مشروعية العدل والندب إلى الفضل ، كما في قوله : ( وجزاء سيئة سيئة مثلها ) ثم قال ( فمن عفا وأصلح فأجره على الله ) [ الشورى : 40 ] . وقال (والجروح قصاص ).

Dibagian akhir  itulah tempatnya sabar dan memaafkan karena sudah mentok.
Sabar itu baik, di iringi dengan usaha tawakkal qana'ah dibagian terakhirnya sabar,memaafkan dan ikhlas.

Namun kembali kepada sifat insaniyyah/watak kemanusiaan maka wajib bagi makhluq sosial yang hidup bersama itu saling menjaga kebaikan bukan saling memangsa.
Sebab pentingnya menjaga keseimbangan (stabilitas) itulah maka di lahirkan fiqih syariah sosial fiqih kepemimpinan fiqih,fiqih yg berkaiatan dengan hukumah  (pemerintahan) dan seluruh putusan dan kebijakannya.
Tempatkan sabar dan pasrah itu dibagian akhirnya jangan di bagian awalnya.
Begitu kiyai.

info salamtime

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah?  Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline...