Selasa, 10 Januari 2017

Iman dan urusan hati seseorang itu dapat di nilai dari amaliyahnya

Diantara ucapan yang tidak tepat dan keliru adalah:
Saya adalah mukmin lahir dari keluarga muslim yang taat.
Saya mendukung kafir karena islam adalah ramnatan lil alamin yang tidak membeda-bedakan.

Saya muslimah yang taat,adapun saya masih tampil seksi itu yang penting hati saya islam. Adapun saya muslim yang belum shalat penuh belum mau berjama'ah di masjid bersama-sama,tapi saya muslim dari hati.

Nabi sebut: 
نحن نحكم  بالظواهر والله يتولى السرائر
Nabi adalah manusia dia pasti perlu mendapatkan bukti keimanan dan keislaman ummatnya dengan dasar yang dapat di persaksikan. Akan meragukan apabila seseorang yang menyebut dirinya berimam tetapi perbuatanya tidak mengerjakan ajaran agama yang dia imani,berjama'ah malas,saling menolong untuk agama Allah saja tak tampak,dan yang dia tonjolkan malah dia diam ketika muslimun sibuk menolong agamanya atau malah dia condong membela musuh agama. Atas dasar bukti zhawahir yg dapat disaksikan itulah maka mereka tersebut sebagai kaum munafiq.
Adapun perkara hati atau bathin itu yang bisa Merasakan dan menyaksikan hanya pemilik hati dan Allah.

Maka dari itu sesungguhnya yang benar adalah jika seorang yang telah menyatakan keimananya maka ia mesti mengamalkanya karena iman itu didalam hati dan amal adalah bukti keimanan yang timbul dari hati.
Tidak cukup seorang mengaku sebagai mu'min sementara amal perbuatanya tidak tampak.
Perkara bathin wajib di buktikan untuk menambah kokohnya.
Orang beriman mesti di ikuti beramal shalih
  ان الذين آمنوا وعملوا الصالحات 
Dimana ada AAAMANUU biasanya di ikuti AMILUSH SHALIHAATI.

ulama sepakat iman itu terucap oleh lisan mantab di hati dan di buktikan dengan pelaksanaan.

"Al-Fath"

Tidak ada komentar:

info salamtime

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah?  Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline...