Eramuslim

Senin, 31 Oktober 2016

Pembongkaran Masjid di Manado Pakai Senjata Tajam, Lihat Videonya




Ratusan laskar kristen melakukan aksi demo tuntut pembongkaran Masjid Al Khairiyah di Pusat Kota Manado, Rabu, (26/10/16).

Dengan berbaju serba hitam dan merah dengan ikat kepala berwarna merah, warga kristen ini mengklaim Masjid Al Khairiyah tidak ada izin resmi pembangunan.

Dikutip jurnalmuslim.com, seorang Facebooker bernama Abdurrahman Muhdhor Alhabsyi menginformasikan kejadian demo tersebut dengan mengupload sebuah foto aksi pemeluk agama kristen itu.
"Mohon do'a dari para muslimin, karena laskar Kristen saat ini lakukan aksi demo di pusat kota Manado. Mereka menuntut pembongkaran Masjid Al Khairiyah, karena mereka anggap tidak ada izin. Di masjid saat ini sudah banyak ummat Islam yang jaga," tulis Abdurrahman Muhdhor Alhabsyi melalui akun Facebooknya, (26/10/16).

Abdurrahman menghimbau agar kaum muslimin turut mendoakan kebaikan bagi seluruh Umat Islam di Manado.

"Mohon do'a agar tidak terjadi sesuatu yg tidak diinginkan dan masjid tetap aman." tulisnya lagi.

Gus Sholah & Para Kyai di Jombang Berkumpul Dukung Keputusan MUI dan Meminta Ahok Segera Diproses Hukum

Gus Sholah & Para Kyai di Jombang Berkumpul Dukung Keputusan MUI dan Meminta Ahok Segera Diproses Hukum

Gus Sholah & Para Kyai di Jombang Berkumpul Dukung Keputusan MUI

Belasan kiai pengasuh pondok pesantren dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jombang, Jawa Timur mendukung langkah Polri dalam penindakan proses hukum dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), Jumat (28/10/2016).

Hal itu untuk menyikapi perkembangan situasi reaksi masyarakat terkait pernyataan Ahok tentang surat Al Maidah ayat 51, semakin mengkhawatirkan keutuhan berbangsa dan bernegara, Jumat (28/10/2016).

KH sholahuddin Wahid (Gus Sholah) pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, para Kiai, dan juga pimpinan dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) Islam hadir di Aula Islamic Center bermusyawarah tentang permasalahan dan dampak negatif yang ditimbulkan kasus Ahok. Hasilnya, keputusan bersama mengapresiasi fatwa MUI Pusat bahwa terjadi penistaan Al Quran oleh Basuki Tjahaya Purnama tidak masuk dalam wilayah politik.

Di antara kiai yang hadir itu, selain KH Sholahudin wahid, juga Ketua PCNU Jombang KH Isrofil Amar, KH Kholil Dahlan Ketua MUI Jombang, KH Abdul Adhim Dimyati, KH Junaidi Hidayat, KH Masduki, dan Perwakilan Pengurus DPD Muhammadiyah dan LDII Jombang,
serta para kiai lainnya.

Mereka menyesalkan pernyataan Basuki Tjahaya Purnama saat berada Kepulauan Seribu pada Selasa, 27 September 2016.

Usai bertemudi Islamic Centre, para kiai dan pengurus MUI Jombang langsung mendatangi Mapolres Jombang. Mereka menyampaikan hasil pertemuan, dan meminta agar pihak kepolisian segera menindaklanjutinya dan disampaikan kepada kapolri. Diharapkan konflik penistaan agama ini bisa segera diselesaikan demi terciptanya keutuhan dan persatuan bangsa.

Ketua MUI Jombang, KH Kholil Dahlan mengatakan untuk menghindari siuasi memanas berkepanjangan, proses hukum harus terus berjalan. Hukum di negara ini betul betul ditegakkan, walaupun sudah meminta maaf.

“Jika proses hukum sudah dilakukan, maka hasil dari produk hukum nantinya semua harus menerima. Fatwa yang dikeluarkan MUI pusat itu murni ini unsur syariah tidak ada unsur politik,” katas Kiai Kholil Dahlan, yang juga Majelis Pengasuh Ponpes Darul Ulum Jombang.

KH Sholahudin Wahid mendukung p

Sabtu, 29 Oktober 2016

Rencakan Agenda Terselubung, Imigran China Dibekali E-KTP Palsu | Jurnalmuslim.com

Rencakan Agenda Terselubung, Imigran China Dibekali E-KTP Palsu | Jurnalmuslim.com: Portal Media Islam Indonesia



Rencakan Agenda Terselubung, Imigran China Dibekali E-KTP Palsu

Jurnalmsulim.com - Tenaga Kerja asal China yang ditangkap di Papua, didapati memiliki kartu identita...
 Heboh Partai Komunis Cina (PKC) Intervensi Dengan Pilgub DKI Jakarta 2017
 Tahukah? di Zaman Soekarno, Ratusan Ribu Warga China Pernah Diusir dari NKRI
 Na'udzubillah, Etnis China ini Sebut Alquran Bisa Salah dan Direvisi
Jurnalmsulim.com - Tenaga Kerja asal China yang ditangkap di Papua, didapati memiliki kartu identitas atau E-KTP layaknya warga negara Indonesia pada umumnya, pada penangkapan pelaku judi Online di Bogor, 31 warga negara China sebagaian mengaku sebagai polisi di China
Fenomena mengenai warga negara China yang memasuki Indonesia dengan memiliki identitas sebagai warga negara Indonesia, diduga karena akibat server pembuatan E-KTP serta Chip yang di gunakan dalam E-KTP adalah buatan China

Sebelumnya diketahui E-KTP servernya berada di China, dan produk chip nya pun berasal dari China, maka pada tahun 2015 pernah ditemukan ribuan kartu identitas E-KTP aspal (asli tapi palsu) di China

Dengan ditemukannya Tenaga Kerja asal China yang telah dibekali kartu identitas E-KTP, kemugkinan ada agenda ‘terselubung’ terkait hal tersebut, dengan alasan E-KTP dapat digunakan untuk berbagai urusan termasuk untuk ikut memilih dalam Pilkada atau pemilu kedepannya. (nusanews)

Kamis, 27 Oktober 2016

Sejarah presiden joko widodo yang menyerahkan negara pada china,terlalu anti islam dan memalak rakyat.

Tiga Misi Besar Jokowi Menghancurkan Umat dan Bangsa Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com)- Rakyat yang tidak memilih Jokowi, berharap ada kekuatan Jokowi segera di-"GusDur-kan". Artinya dilengserkan sebelum masa jabatannya habis. Sudah tidak  tahan hidup dibawah kekuasaan Jokowi.
Namun saya memprediksi, Jokowi akan tetap berkuasa selama masa jabatannya. Tentu dengan syarat, Jokowi harus menuntaskan "misi-misi" yang telah disepakati para donatur alias dalang di balik layar.
Misi besar Jokowi adalah sebagai berikut:
1. Memutus apapun yang berbau Islam dan mengakomodasi kepentingan non Islam.
Sesuai doktrin Megawati bersama AM. Hendropriono, kekuasaan Jokowi diarahkan untuk memarjinalkan kekuatan Islam politik semoderat apapun.
PKS diterjang dengan isu korupsi Presidennya. PPP dibonsai dengan kepengurusan "susupan". Sedang Golkar digoyang dengan dua Munas. Malah untuk PKS, dicoba dikait-kaitkan dengan gerakan Islam transnasional atau isu Wahabi.
Sama halnya dengan Gus Dur yang mengeluarkan keputusan pengakuan agama Kong Fuchu plus pengakuan negara atas tahun baru Cina, maka Jokowi memiliki misi membuyarkan apapun yang berbau Islam. Terutama Islam politik atau umat Islam yang berjuang di ranah politik.
Jokowi sukses melakukan itu. Solo dipimpin Katholik. Jakarta pun kini dikomando Cina Kristen.
2. Mengangkangi BUMN dan seluruh sumber kekayaan alam Indonesia.
Caranya saat ini sangat terasa. DPR yang merupakan hasil Pemilu demokratis, peran-perannya mulai dipinggirkan.
Jokowi membuat banyak keputusan tanpa bermusyawarah dengan DPR. Sebab Jokowi paham, KMP yang dominan di DPR dibonsai dengan memecah belah induk partainya.
Kebijakan menaikkan BBM, privatisasi BUMN, mafia Pertamina bersama Senagol, Freeport, dan banyak lagi. Megawati nampaknya belum puas dengan pelelangan Indosat ke Singapore dan penjualan gas murah meriah ke Cina.
Megawati sesuai perintah "induk semangnya" bernafsu, melelang seluruh asset rakyat Indonesia ke Cina. Sekarang semua asset negara dan sumber alam dikangkangi Cina.
3. Mendominasi ekonomi di seluruh lapangan kehidupan.
Cukong-cukong Cina di belakang Jokowi benar-benar paham nasihat Ali bin Abi Thalib, "Kefakiran itu awal kekufuran."
Ekonomi adalah sentral pusaran kehidupan. Siapa yang menguasainya, maka ia yang berhak mengatur roda kehidupan.
Mereka tak mempemasalahkan umat Islam untuk takbir sekencang-kencangnya.
Tak terganggu umat berteriak khilafah, berdzikir, dan apapun yang sifatnya ritual.
Selama, sembilan bahan pokok mereka kuasai. Kerudung, jilbab, baju koko, sajadah, keramik masjid, batu-bata, semen, kendaraan, bensin, semua mereka kuasai.
Namun di penghujung hari, mereka dengan tenang meraup jumlah pengikut dari kalangan Islam yang "pindah keyakinan" akibat kemiskinan dan diperbudak ketidakberdayaan.
Sayangnya, kalangan Islam tidak menyadari tiga misi ini. Sibuk merintangi saudara-saudara yang berjuang via demokrasi. Sibuk mengharamkan-membid'ahkan Pemilu.
Namun anehnya, saat sudah ada pemimpin yang terpilih harus sami'naa wa atha'naa. Jokowi jumawa, karena umat Islamnya tak berdaya!
Mereka  ridha diperbudak dan dijajah oleh 'boneka' Cina, yaitu Jokowi. Menjadi umat yang hina dunia dan akhirat. Masih kah belum bisa melek? (Nandang Burhanudin/voa-islam.com)

Minggu, 23 Oktober 2016

kalimat WALI,AWLIYA yang hendak di manipulasi kaum syi'ah dan para corongnya,dan nahdliyyin sekular

Wali/awliya itu kalimat musytarak, untuk memaknainya mesti memperhatikan qarinah dan siyaq (konteks).
jika golongan jil, syi'ah dan pihak yang menjadi pintu tikus syi'ah (tasyayyu) mengambil makna TEMAN DEKAT/KEKASIH) maka dipersilahkan tetapi mensalahkan makna PEMIMPIN telah menampakkan mereka tidak kenal kompromi makna yang masih saling korelasi dan berhubungan.
kekasih/teman dekat/loyal/diserahi urusan/pemimpin (rais, sultan, malik, imam).justeru pemimpin adalah melebihi pengertian sekedar teman dekat, artinya lebih terlarangnya.
lalu, kalimat MAULA yang populer dikalangan syi'ah pada peristiwa ghadir khum itu oleh syi'ah benar-benar di artikan pemimpin / khalifah ,sampai - sampai habis - habisan mereka memaki tiga khulafaur rasyidin sebelum Ali ra.
sangat tidak adil dan jauh dari sifat kejujuran baik syi'ah juga tokoh-tokoh yang menjadi pintu tikus syi'ah itu.
padahal MAULA yang diucapkan rasulullah untuk dirinya dan untuk ali itu lebih kuat diartikan KEKASIH, sebab tidak ada dilalah lain yang mengartikan penunjukan Ali sebagai khalifah setelah rasul.
"ahlussunnah waljama'ah"





syi'ah akan selalu mendekati siapapun dan mencatut nama siapapun yang dirasa membawa hoki peruntungan baginya.
bahkan gusdur,gusmus,MUI,MUHAMMADIYAH,NU,...semua akan di jadikan alat untuk melakukan pendekatan demi terlaksananya pengakuan syi'ah dimana ia berada.
jangan bilang syi'ah peduli dengan sunni dan jangan bilang syi'ah anti bersekutu dengan munafiq dan kafirin.
didepan mata, kita ditampakkan syi'ah berharap pada pemerintah neolib,sekular dengan sistem demokrasi atau dengan ideologi komunis.
di indonesia syi'ah sok paling depan membela pancasila dan nkri padahal ia tidak punya kontribusi karena nusantara ini dahulu tidak di kenal adanya syi'ah,kalaupun ada ia bagaikan binatang orong-orong yang suka sembunyi karena karakter syi'ah memang menciptakan hasad dan permusuhan,sebab itu syi'ah tidak pernah dapat legitimasi.
kini pada saat muslim bersatu suara mendukung MUI,muncul para syi'ah turut menjegal MUI bersama munafiqin dan kafirin.
lihatlah apakah syi'ah itu anti kafir !?
jika militan syi'ah hezbullah itu tampak pernah berseteru dg israel,maka jangan buru-buru kita memberi pujian dan dengan di ikuti mencaci blok arab,itulah cara syi'ah menarik simpati dan membuat provokasi anti arab sunni dengan menyebarkan berita stigma saudis wahhabisme tak peduli palestina lagi loyalis yahudi dan amerika.

WASPADAI syi'ah .
Allah perlihatkan kekerdilan orang2 yang loyal kepada ahok cs terkait penistaan ayat Al-Qur'an.
Kerdil-kerdil itu ada kyai,sarjana hukum,ahli bahasa universitas.

mereka KALAH PINTAR sama anak SD karena motifnya loyalitas.
Saksi dusta karena ada kedekatan.

Sobjek= Faa'il/pelaku
Objek = sasaran/Maf'uul
Predikat = fi'il

Kata "pakai" adalah ilgha atau kata tambahan yang tak diperlukan sebagaimana adat. Atau kata PAKAI itu mengganti kata DENGAN.

adapun kalimat DI bohongin adalah Kalimat predikat dengan mabni majhul yang memberi makna ada yang berbuat bohong (sudah pasti Allah atau Qur'an sendiri yang di anggap berbohong atau ulama dan ummat islam yang menyampaikan ayat itu).
Padahal Ayat itu tidak berbohong dan tidk mengalami masa expired dan mempunyai makna Loyal/mempersilahkan memberikan urusan yang kemudian di bahasakan memerintahkan dan memimpinkan.

Tafsir Yang bisa diambil adalah Ta'wil yang sangat kuat adalah yang dekat dengan dalil qarinah dismping mempunyai makna yang banyak/isytirak dan tidak adanya dalil kebolehan memilih kafir sebagai pimpinan negara.

Wali/Awliya yang mempunyai arti lebih dari satu yang di titik fokuskan pada makna TEMAN DEKAT,KEKASIH& PEMIMPIN adalah di akui oleh ijma ulama,karena KETIGA makna itu di akui sebab punya korelasi pengertian yang berdekatan maka pelaporan dengan arti salah satu dari ketiganya itu harusnya cukup dan diterima.
Makna pemimpin seperti yang saya sebut diatas adalah pihak yang menerima kepercayaan (in'iqad) dan di ta'ati karena telah di amanati sekaligus ia bertanggung jawab atas perkara yg diserahkan kepadanya dan dia menyanggupinya,maka ia di bahasa ringkaskan sebagai pemimpin/pemangku amanah.

Adapun pemaknaan kekasih itu lagi bukan arti otentik karena dalam bahasa arab kekasih itu bisa di sebut mahabbah,khalil dan wali,dengan begitu pemaknaan kekasih pada kalimat wali/awliya itu mutaradif dengan kalimat-kalimat lain tadi.

Sedangkan pemaknaan teman dekat juga bukan makna asli/otentik,karena dalam tradisi bahasa arab "teman dekat" adalah shahabat atau shadiiqun yang di sifati dengan qariib =  sahabat qarib (teman dekat).
Pengertianya dekat dengan kalimat KHALILUN.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Islam nusantara yang beraroma konspirasi jahat.

islam nusantara yang beraroma konspirasi jahat.
jika kita baca sejarah baik masuknya da'wah islam di Indonesia atau nusantara dan masuknya da'wah islam di tanah arab yang di mulai dari kota makkah dan madinah, maka kita akan berhati-hati dan menjaga lisan dari ucapan mengandung stigma menjelekkan.
gerakan islam yang di dominasi penganut organisasi otonom nahdlatul ulama JATMAN di bawah kepemimpinan habib luthfi Pekalongan dan mendapatkan dukungan pihak - pihak pemikir liberal yang juga lahir dari rahim NU di tambah lagi penganut syi'ah Indonesia, mereka itulah yang senantiasa mengkampanyekan gaya da'wah islam nusantara yang santun dan berbaur dengan sesama anak bangsa bahkan sampai di dalam rumah ritual agama kafir pun mereka ini mulai membiasakan duduk bersama, ceramah kyai di dalam gereja, buka bersama kafir di pelataran gereja, saling mendoakan, dsb.  ucapan permisi daerah kembali di kampanyekan mengganti As-salam 'alaikum yang telah di pilih oleh muslimin seluruhnya sebagai ucapan salam yang universal tanpa batas etnis dan bahasa.  membolehkan kafir memimpin muslim atau muslim boleh mendukung kafir untuk jadi pemimpinya. dst...
mereka menuduhi muslim yang tidak sependapat dengan cara mereka beragama dengan tuduhan berbagai macam, mulai dengan stigma wahhabisme dan varianya, radikal, ekstrim, khawarij, transnasional, arabisme,intoleran  yang semuanya tidak sesuai dengan nilai -nilai kelembutan  da'wah wali sanga sebagai sandaranya.
apakah memang benar  seperti yang di gambarkan oleh golongan jatman, liberalis, dan syi'ah, wali sanga berda'wah di nusantara ini!? "tidak "
seperti sejarah islam masuk di makkah dan madinah kemudian tersebar luas sehingga sampai di wilayah kecil romawi dan persia
orang -orang arab itu dahulunya sangat fanatik suku dan agama kepercayaanya, karenanya untuk mengajak berkenalan dengan Tuhan yang esa di lakukan oleh nabi Muhammad dengan cara sembunyi-sembunyi dan warga sipil di bawah kendali penguasa musyrik yang menjadi sasaran da'wah beliau, di mulai dari sikap rasul yang tidak suka berkumpul bersama penenggak khamr, penjudi, pemuja arwah/berhala, dan di sertai kejujuran sang muhammad ketika bersama mereka terutamanya kepada orang-orang dekat seperti dengan pamanya,sahabat sekumpulnya,bos dagangnya yang menjadi istrinya, sepupunya dan teman-teman sekafilah dagangnya. inilah periode awal da'wah Muhammad, sikap dan ucapanya yang selalu benar itu telah menyadarkan mereka yang rindu kejujuran,keadilan,ketinggian moral. Muhammad yang akrab dengan mereka mulai memberanikan diri menyampaikan cahaya terang yang menyinari kegelapan masa, ketuhanan yang bathil pun pelan-pelan di lenyapkan. itulah da'wah sirriyah atau periode makkah awal.
Tahap-tahap da'wah Rasulullah SAW secara terang-terangan atau da'wah jahriyyah antara lain sebaga berikut:
-Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
-Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab ...
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
terancamnya rasulullah oleh penduduk makkah memaksa beliau untuk berhijrah dan yatsrib yang beberapa orang penduduk kota itu telah menjadi muslim bersedia menerima perpindahan rasulullah yang di rindui kedatanganya disana bersama para sahabatnya demi keselamatan sang rasul dan kaum muslimin makkah . ternyata Allah mempunyai rencana mulia dengan di anugerahkan penduduk yatsrib yang mudah menerima islam, bahkan sang raja di kota itu yang belum islam pun welcome terhadap kedatangan orang benar dan jujur ini ya'ni Muhammad saw.
pemeluk islam di kota ini semakin tak terbendung,Muhammad bukan hanya di imani sebagai rasulullah tetapi para sahabat muhajirin (pendatang) juga sahabat anshar (pribumi)  membai'at sam'an wa tha'atan kepada rasulullah.  beliau menjadi pemimpin pembuat kebijakan bersama dengan banyaknya ayat suci yang turun berkaitan dengan itu,  fiqh syari'at islam dari ritualisme mu'amalah kriminalitas dan sanksinya,keadilan ditegakkan, tatanan negara di atur, kesejahteraan rakyat di perhatikan,pengatur strategi lawan yang terus mengancam, dst.
perjuangan itu selalu ada tahapan.
rasulullah memulai dari da'wah sirriyyah merebut hati ummat sampai kepada tahap jahriyyah berani mengumpulkan banyak orang untuk diajak mengikuti risalah dan ideologi suci (ISLAM).

pulang dari pertempuran fisik melayani musyrikin quraisy nabi mengatakan رجعنا من جهاد الاصغر الى جهاد الاكبر bertanya sahabat وما جهاد الاكبر يا رسول الله؟  قال جهاد النفس.

seperti perjuangan muslimin nusantara ini, jihad mengusir pendudukan portugis yang pernah di lakukan wali sanga,generasi wali sanga berhadapan dengan kolonial  belanda, jepang.
ketika semua pihak sepakat kemerdekaan telah diraih dan bergabungnya daerah - daerah nusantara menjadi sebuah negara kesatuan maka syarat berdirinya sebuah negara merdeka adalah wajib diangkat seorang pimpinan atau president, maka sukarno adalah presiden yang bagi pihak islam disebut ulil amri adh-dharuri bisy-syaukah, karena desakan pra syarat sah negara. merdeka.
jihad yang kedua adalah akbar yaitu apabila negara telah sah merdeka secara wilayah maka Negara berdiri wajib memiliki asas konstitusi, disinilah ulama kembali berjihad secara konstitusi sehingga hari ini.
jihad konstitusi inilah jihad melawan nafsu/pribadi/jiwa sendiri /internal.

wahai para santri!
janganlah kita di manfaatkan orang orang yang mencabut ghirah perjuangan ulama engkau di cuci otakmu karena lemahnya berfikir.
gerakan islam bukanlah gerakan separatis tetapi zaman ke zaman GHAZWUL FIKRI adalah tantangan terberat.

ekonomi, politik, moral, pendidikan, kultur, dsb. mengalami penjajahan.
gerakan kaum muda bukanlah gerakan perlawanan kepada NU atau Muhammadiyah tetapi gerakan ini merupakan regenerasi ulama.
harakah muda telah berkontribusi mensyi'arkan islam, dahulu jilbab itu asing, takbir mulai layu, sejarah ditulis tidak adil, pesantren dikucilkan, karena dai kampus dan para mahasiswa itu berani mempertaruhkan nyawanya, islam diterima.
kini mulai lagi islam difitnah karena harakahnya, menda'wahkan ideologinya, sistemnya, fiqihnya.
apanya yang dinilai separatis,radikalis dan ekstrimis !?


"Nur salam"

Jumat, 21 Oktober 2016

Pasukan Turki di Suriah tewaskan 200 militan kurdi

Pasukan Turki di Suriah Tewaskan 200 Militan Kurdi SDF dan YPG

Gempuran terhadap militan Kurdi ini kemungkinan akan membuat hubungan antara Ankara dan Washington semakin memanas, terutama dalam menghadapi konflik Suriah dan Irak. Demikian sebagaimana dilansir Independent, Jumat (21/10/2016).

Di Suriah, Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) menjadi dua kekuatan utama dalam menghalau perluasan kelompok militan ISIS. Karena itu, Amerika Serikat (AS) selama ini terus memberikan dukungan logistik dan militer kepada dua kelompok tersebut.

Bahkan, sejumlah pejuang YPG, serta pasukan Peshmerga Kurdi Irak, saat ini memimpin serangan untuk merebut kembali kota Mosul dari militan Isis. Kendati demikian, Turki menganggap gerakan separatis Kurdi sebagai sebuah perpanjangan dari pemberontak Kurdi (PKK). Mereka selama ini terus melakukan teror di Turki dalam beberapa tahun terakhir.

Rabu, 19 Oktober 2016

Jejak langkah syi'ah di indonesia

Abu Mujahid
Kapan Syiah masuk ke Indonesia pertama kali, hanya Allah  yang tahu. Sampai hari ini, pembicaraan tentang mula kali orang Syiah ada di Indonesia melulu berkubang pada dugaan-dugaan belaka. Ada yang menduga Syiah datang pada abad ke- 12 Masehi, ada yang percaya bahwa orang-orang Syiah sudah datang ke Kepulauan Nusantara jauh sebelum abad ke-12 itu. Ada yang meyakini ajaran Syiah dibawa oleh orang-orang Persia, namun ada juga yang meyakini Syiah diperkenalkan oleh orang-orang Arab langsung.
Para pemeluk Syiah di Indonesia sekarang banyak yang percaya, para pembawa Islam ke Indonesia ini adalah orang-orang Syiah. Bukan para sufi. Bukan pula para pedagang yang bermazhab Syafi’i. Namun, karena melakukan taqiyah, orang-orang Syiah pertama yang dimaksud berpura-pura menjalankan praktik-praktik Islam berdasarkan mazhab Syafi’i sampai akhirnya mazhab Syafi’ilah yang dikenal dan dicatat sejarah sebagai mazhab tertua yang berkembang di Indonesia. Lebih jauh lagi, sebagian pemeluk Syiah di negeri kita ini membuat klaim, penguasa muslim pertama di Nusantara yang bernama Sultan Malik ash-Shalih adalah penguasa Samudera Pasai pertama yang memeluk Syiah. Seperti yang dicatat sejarah, Kesultanan Samudera Pasai dikenal sebagai kesultanan tertua di Nusantara yang bermazhab Syafi’i. Keyakinan itu, ternyata didasarkan pada catatan perjananan Ibnu Batutah, seorang pelancong dari Maroko yang pernah singgah di Aceh pada tahun 1345—1346 M. Ia menulis,  “Sultan Jawa bernama Sultan Malik azh-Zhahir. Ia adalah sosok yang disegani dan dihormati. Lebih dari itu, ia termasuk penganut mazhab Syafi’i. Ia juga sangat mencintai para fuqaha yang datang ke majelisnya untuk bertukar pendapat. Masyarakat mengenalnya sebagai sosok yang senang berjihad dan berperang, namun juga rendah hati. Ia datang ke masjid untuk menunaikan shalat Jum’at dengan berjalan kaki.
Para penduduk Jawa mayoritas bermazhab Syafi’i. Mereka senang berjihad bersama sultan, hingga mereka memenangkan peperangan melawan orang-orang kafir. Bahkan, orang-orang kafir membayar jizyah kepada sultan sebagai bentuk perdamaian.” Apakah Ibnu Batutah dapat dipercaya? Sepertinya, kita semua sudah tahu jawabannya. Amat disayangkan, klaim orangorang Syiah itu diperkuat oleh pendapat kalangan pemerhati sejarah Islam di Indonesia. S.Q. Fatimi, A. Hasjmy, Wan Husein Azmi, Abu Bakar Aceh, dan Agus Sunyoto, adalah orang-orang yang pernah menulis bahwa Syiah telah ada pada masa-masa pertama perkembangan Islam di Kepulauan Nusantara. Keluar dari berbagai dugaan dan klaim, gelombang penyebaran Syiah di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga. Masing-masing menempati waktu, memiliki ciri khas penyebaran, dan mengonversi orang-orang dengan tipikal tertentu.
Gelombang Pertama
Gelombang pertama terjadi sebelum Revolusi Iran tahun 1979. Pada gelombang pertama ini, orang-orang Syiah—dai atau bukan dai—terbilang sulit untuk diketahui. Terlebih lagi, mereka menjalankan taqiyah yang itu menjadi bagian penting agama mereka. Karena itu, para pemeluk Syiah pada masa itu bersifat sangat tertutup dan betul-betul menyembunyikan keyakinan Syiah mereka dari orang-orang sekitar. Alih-alih berdakwah secara terangterangan, orang-orang Syiah tersebut lebih memilih mendakwahkan Syiah kepada orang-orang terdekat mereka, seperti kepada anggota keluarga sendiri. Lagi pula, yang terpenting bagi waktu itu adalah bagaimana mereka tetap eksis sebagai seorang Syiah, meski dalam hati atau meski di tengah keluarga. Jelas saja, karena laku taqiyah khas Syiah itu, memperkirakan sedikit atau banyak orang yang memeluk Syiah pada gelombang pertama ini menjadi sebuah kemustahilan.
Kendati demikian, salah seorang ulama Syiah asal Lebanon, Muhammad Jawad Mughniyyah, pernah menyebutkan dalam bukunya yang terbit pada 1973, al-Shi’a fi al-Mizan, bahwa para pemeluk Syiah di Indonesia pada waktu itu berjumlah satu juta orang. Yang juga patut dicatat, sebelum Revolusi Iran meletus pada 1979, sejumlah pemuda Indonesia sudah ada yang berangkat dan belajar di Qum, Iran. Selain Najaf dan Karbala di Irak serta Masyhad di Iran, Qum menjadi salah satu dari empat kota suci milik Syiah yang banyak dikunjungi untuk keperluan ziarah dan belajar. Di Qum, para pemuda yang dimaksud memperdalam ajaran Syiah dihawzahhawzah ilmiyah, semacam lembaga pendidikan tradisional di kalangan Syiah yang dalam bahasa Indonesia dapat dimaknakan sebagai pondok pesantrenatau juga madrasah. Mereka belajar di situ atas tanggungan ulama-ulama Syiah setempat yang mendapat biaya untuk itu lewat uang zakat dan khumus.
Di Indonesia sendiri, pada tanggal 21 Juni 1976, berdiri Yayasan Pesantren Islam Bangil atau sering disebut YAPI Bangil. Lembaga ini didirikan oleh Husein al-Habsyi (1921—1994) yang pernah belajar kepada Abdul Qadir Balfaqih, Muhammad Rabah Hassuna, Alwi bin Thahir al-Haddad, dan Muhammad Muntasir al-Kattani di Malaysia. Pesantren YAPI Bangil pun kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan Syiah tertua di Indonesia. Sudah sejak Husein al-Habsyi masih hidup, para santri di pesantren itu diajarkan secara khusus akidah Syiah. Untuk mengimbangi pelajaran fikih berdasarkan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, mereka diberikan juga pelajaran tentang fikih Syiah. Bisa dikatakan, santri-santri Pesantren YAPI Bangil yang kemudian banyak berdakwah di berbagai tempat di Indonesia.
Gelombang Kedua
Gelombang kedua penyebaran Syiah di Indonesia dimulai setelah Revolusi Iran meletus. Pada gelombang kali ini, banyak orang yang menjadi Syiah karena didorong intelektualitas mereka. Konversi menjadi Syiah pun banyak terjadi di tengah kalangan mahasiswa dan dosen. Salah seorang staf Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) waktu itu, Nabhan Husain, pernah mengatakan bahwa dakwah kampus yang sedang marak-maraknya pada 1970-an dan 1980-an mendorong banyak mahasiswa tertarik mempelajari pemikiranpemikiran Syiah.
Mereka tertarik karena keberhasilan Revolusi Iran, kepemimpinan revolusioner Khomeini, dan ideologi yang mendorong terjadinya revolusi itu. Selain itu, dan inilah yang jadi poin penting, dibanding dengan ajaran Islam yang tidak dapat dilepas dari wahyu, Syiah menawarkan cara berpikir yang rasional dan kritis. Bagi mahasiswa-mahasiswa tersebut, Syiah adalah sebuah alternatif terhadap isme-isme yang berkembang dewasa itu. Seperti diketahui bersama, dunia di 1970-an dan 1980-an menyaksikan persaingan sengit antara liberalisme dan komunisme, antara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Segera setelah Revolusi Iran diketahui keberhasilannya, tulisan-tulisan tentang Iran, pemikiran-pemikiran intelektual Iran, dan ulama-ulama Syiah Iran membanjiri toko-toko buku di Indonesia. Demikian pula dengan ulasan-ulasan tentang Revolusi Iran, Khomeini, dan filsafat Syiah yang ditulis oleh orang-orang Indonesia.
Di Bandung, Haidar Bagir, Ali Abdullah, dan Zainal Abidin yang baru lulus dari ITB mendirikan Penerbit Mizan pada tanggal 7 Maret 1983. Pada kali pertama, penerbit ini menerbitkan 2.000—3.000 eksemplar bukuDialog Sunni-Syi’ah: Surat-Menyurat antaraasy-Syaikh al-Misyri al-Maliki, Rektor al-Azhar di Kairo Mesir dan as-Sayyid Syarafuddin al-Musawi al-‘Amili Seorang Ulama Besar Syiahyang mengundang banyak perhatian waktu itu. Buku tersebut sejatinya adalah terjemahan al-Muraja’at yang disusun oleh Syarafuddin al-Musawi al-‘Amili. Penerjemahnya adalah Muhammad al- Bagir al-Habsyi, ayah Haidar Bagir yang dikenal sebagai tokoh pembela Syiah. Muhammad Bagir kemudian banyak menerjemahkan buku-buku untuk Mizan. Mizan akhirnya banyak berperan menerbitkan buku-buku tentang pemikiran tokoh-tokoh Syiah pada 1980-an dan 1990-an.
Karena itu, masyarakat di Indonesia pun sempat menyebut Mizan sebagai penerbit Syiah terkemuka di Indonesia, sebelum kemudian menganggapnya sama seperti penerbit-penerbit buku umum lainnya sekarang ini. Pada saat bersamaan, di Bandung, Jalaluddin Rakhmat “tiba-tiba” tertarik kepada Syiah, setelah berdialog dan berdiskusi dengan ulama-ulama Syiah dan Husein al-Habsyi. Dari yang semula aktif berbicara tentang pemikiran Hasan al-Banna, Sayyid Quthub, dan Sa’id Hawwa, Jalaluddin Rakhmat kini mulai membicarakan akidah dan akhlak Syiah. Sudah bisa ditebak, ia pun diidentifikasi sebagai dai Syiah di Bandung dan kemudian dilarang berdakwah oleh MUI Kota Bandung pada 1985, menyusul keluarnya rekomendasi dari MUI Pusat untuk mewaspadai Syiah di tengah masyarakat. Tidak “jera” dengan larangan itu, Jalaluddin Rakhmat bersama Haidar
Bagir, Agus Effendy, Ahmad Tafsir, dan Ahmad Muhajir mendirikan Yayasan Muthahhari pada tanggal 3 Oktober 1988. Di bawah naungan yayasan itu, pada 1992, berdiri SMA Muthahhari yang oleh masyarakat waktu itu disebut sebagai sekolah modern milik Syiah yang pertama di kota kembang. Tidak lama dari berdirinya Yayasan Muthahhari, pada 1989, berdiri Pesantren al-Hadi di Pekalongan, Jawa Tengah. Pesantren ini didirikan oleh Ahmad Baragbah dan Hasan Musawa. Mereka terdorong oleh rasa prihatin mereka atas pandangan yang berkembang di masyarakat terhadap Syiah. Agar dapat meneruskan pendidikan ke jenjang lebih lanjut di Qum, Iran, sistem pendidikan Pesantren al-Hadi disesuaikan dengan sistem pendidikan yang ada dihawzahhawzah ilmiyah.
Gelombang Ketiga
Awal gelombang ketiga penyebaran Syiah tidak dapat dipastikan waktu tepatnya. Meski demikian, gelombang ketiga itu muncul ketika kebutuhan akan fikih Syiah makin mendesak. Hal ini wajar, sebab merebaknya pemikiranpemikiran Syiah di kalangan mahasiswa dan di kota-kota besar di Indonesia tidak diimbangi oleh menyebarnya tulisan-tulisan dan kajian-kajian tentang fikih Syiah. Ketika muncul seranganserangan mendiskreditkan Syiah karena memiliki praktik-praktik ibadah yang berbeda dengan Islam, mereka tidak siap menerimanya. Pada  saat bersamaan, alumni-alumni Qumdar I Indonesia mulai kembali k e tanah air dan mendakwahkan Syiah.
Berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa yang tertarik dengan Syiah, alumni-alumni Qum ini adalah tipikal orang-orang yang mempelajari sesuatu (dalam hal ini adalah ajaran Syiah) sampai ke dasar-dasarnya. Mereka lebih paham akan fikih-fikih Syiah dan yang paling penting: mereka lebih radikal dan frontal dalam menghadapi serangan-serangan kepada mereka. Gelombang ketiga terasa dengan banyak dibukanya pengajian-pengajian Syiah di berbagai tempat. Selain pengajian-pengajian, mereka juga mulai menerbitkan buku-buku Syiah yang “berbau” fikih. Bukan hanya buku-buku yang berisi pemikiran dan filsafat tokohtokoh Syiah.
Orang-orang yang tertarik dengan Syiah pun tidak lagi datang dari kalangan terbatas seperti mahasiwa dan lingkungan perguruan tinggi. Kali ini mereka jauh lebih beragam yang, dalam kata-kata Jalaluddin Rakhmat, “tidak begitu terpelajar.” Kemunculan alumni-alumni Qum juga diimbangi oleh berdirinya yayasanyayasan Syiah di berbagai kota di Indonesia. Pada 1995, diketahui ada 40 yayasan Syiah yang telah berdiri di Indonesia dan 25 di antaranya berada di Jakarta. Kemudian juga, sebuah jurnal di Jakarta pernah mendata orang-orang yang memeluk Syiah di Indonesia pada 1995 itu. Hasilnya, yang tentu saja masih bisa diperdebatkan, ada 2 0 .000 orang yang menjalani ajaran Syiah secara total. Turunnya Soeharto dari jabatan Presiden RI pada MeI 1998 membawa dampak yang tidak sedikit di tengah masyarakat. Jika pada masa pemerintahan Soeharto komunitas Syiah masih diawasi dan dikontrol dengan baik, maka sepeninggalnya, komunitas Syiah berkembang pesat dan menanam pengaruh yang tidak bisa diabaikan.
Bahkan, pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur berdiri untuk pertama kalinya secara resmi organisasi massa (ormas) milik komunitas Syiah di Indonesia, Ikatan Ahlulbait Indonesia (IJABI). IJABI didirikan di Bandung pada tanggal 1 Juli 2000. Sebagai ormas, IJABI terdaftar resmi lewat Surat Keterangan No. 127 Tahun 2000/ D1 Departemen Dalam Negeri Repbulik Indonesia, Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat. Untuk menjabat Ketua Dewan Syura IJABI, dipilih Jalaluddin Rakhmat. Setelah itu, Dr. Dimitri Mahayana dipilih sebagai Ketua Dewan Tanfidziyah. Sebagai sebuah ormas Syiah, IJABI ternyata berkembang pesat di tengah masyarakat Indonesia. Sampai 2008 yang lalu, IJABI mengaku telah memiliki anggota sekitar 2,5 juta orang di 84 cabang dan 145 sub-cabang IJABI yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Meski terkadang muncul penolakan dari sebagian masyarakat terhadap keberadaan mereka, IJABI mampu menangani semua itu dengan baik.
Sebaliknya, bersama Dewan Masjid Indonesia (DMI), IJABI memprakarsai pendirian Majelis Sunni Syiah Indonesia (MUHSIN) pada tanggal 20 Mei dan tanggal 17 Juli 2011 di Bandung. MUHSIN dimaksudkan sebagai forum dialog antara mereka dan orang-orang Islam, juga sebagai wadah bersama untuk menggalakkan kegiatan-kegiatan sosial bersama antara komunitas Sunni dan Syiah. Ke dalam MUHSIN itu, juga bergabung organisasi-organisasi non-Syiah, seperti PMII Cabang Kabupaten Bandung, Forum Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, Forum Studi UIN Bandung, Forum Kajian Damar Institut, Muslimat NU Jawa Barat, dan Forum Gus Dur Bandung. Bahkan, yang ditunjuk sebagai Pimpinan Pengurus MUHSIN Pusat yang pertama adalah Ketua Departemen Pemuda dan Remaja DMI Pusat, H. Daud Poliradja.
Perpecahan Komunitas Syiah diIndonesia
Meski telah memiliki ormas seperti itu, komunitas Syiah di Indonesia bukan tidak sepi dari perselisihan dan perpecahan. Hal ini, di antaranya, terkait isu kepemimpinan Syiah di Indonesia dan ini telah mencuat jauh-jauh hari sebelum adanya IJABI, tepatnya pada pertengahan 1990-an. Jalaluddin Rakhmat waktu itu mengakui adanya hal tersebut dan menganggapnya sebagai bagian dari gap antara generasi Syiah gelombang kedua dan generasi Syiah gelombang ketiga. Dalam sebuah wawancara dengan jurnal Ulumul Qur’an, ia pernah mengatakan, “Belakangan Sy’iah gelombang ketiga ini menganggap Syi’ah gelombang kedua itu sebagai bukan orang Syi’ah yang sebenarnya. Jadi kalau saya dimasukkan ke dalam gelombang kedua, maka mereka menganggap saya bukan Syi’ah. Dan di dalam wacana Syiah sendiri, internal Syi’ah sekarang ini terjadi serangan yang cukup kuat terhadap Syi’ah gelombangkedua itu. Boleh jadi karena mereka ingin menghadirkan dirinya sebagai pemimpin Syi’ah baru di Indonesia. Boleh jadi juga karena mereka meyakini asumsi-asumsi mereka bahwa orang seperti saya ini bukan Syi’ah, dengan definisi yang berbeda itu.”
Setelah IJABI berdiri, sikap seperti itu terus berkembang di Indonesia, terutama di kalangan pemeluk Syiah yang mengaku keturunan ahlul bait Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagian mereka dan para pendukung mereka merasa bahwa kepemimpinan Syiah di Indonesia harus dipegang oleh ahlul bait. Karena itu, mereka dengan tegas menolak kepemimpinan Jalaluddin Rakhmat yang jelas-jelas bukanahlul bait. Di antara mereka pun ada yang tidak mengakui kesyiahan—dan bahkan mengafirkan—Jalaluddin Rakhmat dan orang-orang IJABI. Wallahu ta’ala a’lam.

copas.

Selasa, 18 Oktober 2016

lahirnya pemimpin bodoh ulama jelek, lisan munafiq dan virus syi'ah

 Bermunculan sosok2 dg style fisik kyai dan para santrinya yang memberikan support kepada calon pemimpin/anggota legislative yang beragama bukan islam.
Situasi timteng/afriqa/arab islam yang terus mengalami gejolak dijadikan alasan untuk memberikan dukungan kepada para kafir harbi qaulan/fikran/fi'lan.
Sungguh tidak terkoneksi cara berfikir sosok2 kyai ini, yang sebenarnya telah nyata perang pemikiran dan perang politik di negri ini untuk saling memperebutkan kekuasaan dan demi intervensi mulus, liberalisasi dan sekularisasi yang eksis.
Pro pemodal yang di dominasi kaum kafir dan menzhalimi rakyat miskin yang di dominasi kaum muslim terus di lakukan.
Penistaan pada islam oleh minoritas kafir dilakukan tanpa sembunyi.
Syi'ah yang dari abad awal kelahiran islam telah menciptakan imarah dalam kondisi tidak stabil kini muncul dimana-mana dengan menunggangi kendaraan demokrasi yang keberadaanya sangat meresahkan ummat islam itu menghirup udara busuk yang dirasa segar.
Itu semua yang sesungguhnya menciptakan situasi buruk di negri indonesia ini, karena itu apa maksud di hubungkan dengan peperangan di timur tengah? Bukankah memang syi'ah yang selalu memberontak disana, bertujuan merebut pemerintahan, menguasai parlement, menerapkan ideologi/gagasan syi'ah,membantu para militan syi'ah iran,iraq,yaman,suria,bahrain,lebanon oleh iran sebagai pusat negara berfaham syi'ah adalah fakta dan meminta bantuan negara komunis rusia adalh real di lakukan syi'ah iran agar syi'ah eksis dan dapat legitimasi,dan palestina sampai indonesia ini juga jadi sasaran misi tsaura/wilayatul faqih (revolusi) syi'ahisasi atau setidaknya agar agama sesat ini mendapat pengakuan.

Islam sebagai mayority tidak mengganggu kafir dan muslim sangat toleransi dengan caranya, namun kelompok liberal dan syi'ah lah yang berhasil memprovokasi sampai membuat ummat tidak sadar bahkan kaum minority menjadi berani berkoar dan beraksi menantang mayority.

Kyai2 tasyayyu, liberal dan komunitas syi'ah bersepakat menyenangi isu-isu yang merugikan islam yang mayority sunni .

Adapun berbondong-bondongnya pengungsi suria ke benua eropa itu bukan karena negri - negri islam sekitarnya tidak sudi memberikan bantuan pengungsian, tapi mereka para pengungsi itu memikirkan keadaan negara-negara sekitar yang juga terancam kekacauan, namun kita lihat banyaknya pengunsi yang ada di negri - negri islam sekitarnya itu ada dan di berikan jaminan.
Untuk itu tidak pantas berburuk sangka.
Di indonesia sendiri terdapat banyak pengungsi syi'ah dan rohingnya.

Permasalahan di indonesia ini tidak sama dengan permasalahan di timur tengah, indonesia menghadapi ancaman discrimination Dan discredited pada islam yang mayority karena pola politik yang di anut adalah gaya politik barat yang bebas, belajar dari singapura yang berubah pribumi muslim terpinggirkan dan mengalami pembodohan.
Indonesia juga bisa seperti timur tengah karena kelakuan syi'ah,alasan demokratisasi dan yang pasti karena tidak segera di kembalikanya negara khilafa. 

Mengenal syi'ah houtsi dan syi'ah zaidiyah

Pemberontak Syiah Houthi di Yaman dikabarkan telah merebut ibukota Yaman dan Istana kePresidenan. Bagaimanakah ideologi Syiah Houthi itu? Tulisan dibawah menyorot akidah Syiah Houthi yang telah berubah dari Zaidiyah (dekat dengan Ahlus Sunnah) menjadi mempresentasikan Syiah Itsna Asyariah yang ada di Iran.

Peta Politik Yaman. Hijau: wilayah Syiah Houthi Merah: wilayah Central government Hitam: Al-Qaeda

Putih: deserted

Syiah Houthi Yaman, Dari Zaidiyah ke Rafidhah

January 27, 2015

http://antiliberalnews.com/2015/01/27/syiah-houthi-yaman-dari-zaidiyah-ke-rafidhah/

Oleh : Abu Umar Al Informatiky

AntiLiberalNews – Santer terdengar kabar beberapa saat lalu bahwa pemberontak Syiah Houthi bergerak memasuki ibukota Yaman, Sanaa, setelah terlibat baku tembak dengan pasukan aliansi pemerintah di pinggiran kota sebelah barat laut.

Reporter Aljazeera di Sanaa hari Kamis (18/09/2014) melaporkan bahwa pemberontak Syiah itu telah menguasai penuh distrik-distrik di pinggiran ibukota seperti Shamlan dan Wadi Dhahr dan bergerak menuju jantung kota.

Hingga saat ini, konflik Yaman belum kunjung usai. Bola konflik Yaman menggelinding semakin besar, menelan ribuan korban, luka-luka, dan lainnya terlantar di pengungsian.

Tulisan ini berupaya untuk mengungkap lebih dalam, siapa sebenarnya pemberontak Houthi, khususnya secara ideologi. Karena tidak sedikit yang menganggap Houthi itu berpaham Syiah Zaidiyah, padahal mereka lebih mempresentasikan Syiah Itsna Asyariah yang ada di Iran.

Dengan mengenal ideologi pergerakannya, kita bisa memaklumi adanya keterlibatan Iran di konflik Yaman. Pakar sejarah sekaligus analis dunia Islam dari Mesir Dr. Raghib Al-Sirjani mengatakan, “Senjata Houthi saja ditemukan made in Iran.”

Sejarah Syiah Houthi

Houthi merupakan kelompok pemberontak yang berbasis di Yaman Utara. Pengikut Houthi terkenal dengan sebutan Houthis. Penamaan ini dinisbatkan pada pencetusnya, Husein Badaruddin Houthi. Ia merupakan pengikut Syiah Zaidiyah Jurudiyah, yang lebih dekat dengan Syiah Isna Asyriyah (Syiah 12) yang ada di Iran dan lainnya.

Sebagai penganut Syiah Zaidiyah Jurudiyah, Badaruddin Houthi berbeda pendapat dengan mayoritas ulama Zaidiyah di Yaman. Bahkan Badaruddin menolak fatwa ulama Syiah Zaidiyah terkait fakta sejarah. Menurut Badaruddin, Syiah Zaidiyah telah melenceng.

Ia pun menulis sebuah buku berjudul Al-Zaidiyah Fî Al-Yaman. Dalam buku itu, Badaruddin menjelaskan bahwa Syiah Zaidiyah memiliki banyak kedekatan dengan Syiah 12. Dengan kedekatan paham dan ideologi antara Zaidiyah Juruddiyah dan Syiah 12 inilah, akhirnya pelopor Houthi ini sempat menetap di Iran dalam waktu yang cukup lama.

Berbicara Houthi tidak dapat dipisahkan dari peran anak kandung pencetusnya, Imam Husein Al-Houthi, yang mempelopori berdirinya Persatuan Pemuda (‘itihad Al-Syabâb) pada tahun 1986.

Tujuan dari pembentukan Persatuan Pemuda ini adalah untuk mendoktrin pemuda memahami Syiah Zaidiyah sesuai keyakinan pemimpinnya. Sehingga kelompok Houthi lebih mempresentasikan Syiah 12 daripada Zaidiyah yang lebih dekat dengan Sunni. Husein Al-Houthi merupakan sosok pemimpin yang cukup kharismatik. Hal itu, ditandai dengan luasnya dukungan yang mengalir kepadanya dari Yaman Utara.

Dalam pemberontakannya, Houthi bergabung dengan banyak kelompok separatis, kabilah, dan sebagian kalangan Zaidiyah. Meleburnya sebagian pengikut Zaidiyah ke dalam barisan pemberontak Houthi, bukan sepenuhnya karena kedekatan ideologi, tapi juga faktor kemiskinan Yaman Utara akibat ketidakadilan pemerintah di Yaman Selatan.

Pacsa bersatunya Yaman Utara dan Selatan, dibukalah kesempatan bagi semua pihak untuk mendirikan partai politik. Maka ‘itihad Al-Syabâb bentukan Husein Houthi berubah menjadi Partai Al-Haq. Partai ini berhasil menduduki parlemen Yaman pada tahun 1993-1997. Di masa kepemimpinannya, Husein juga sempat mendirikan sebuah batalyon bersenjata bernama, Al-Syabâb Al-Mukminîn.

Bagi kaum Syiah Zaidiyah, Husein Al-Houthi—walau ia membawa paham Syiah 12—adalah satu-satunya corong aspirasi dan sarana politik mereka di parlemen. Sejak masuk ke parlemen pada tahun 1990, Houthi mulai sangat diperhitungkan di panggung politik Yaman.

Pada tahun 1997 Husein Badarrudin Houthi mengundurkan diri dari Partai Al-Haq dan mendirikan sebuah kelompok sendiri.

Dari Zaidiyah ke Rafidhah

Ibnu Ali Zaidi, seorang penganut Syiah Zaidiyah  yang memimpin pemberontakan pada abad kedelapan melawan Khalifah Muslim Umayyah .

Syiah Zaidiyah  (Haashimites) menguasai sebagian besar bagian utara Yaman selama lebih dari 1.000 tahun. Namun pada tahun 1962, kaum republik menjatuhkan kekuasaan Imam  Zaidi , Mohammad al-Badr, dalam sebuah perang saudara di utara Yaman.

Sementara semua suku Houthi adalah penganut Syiah Zaydis, tapi tidak semua Syiah Zaydiyah adalah suku Houthi.

Syiah Zaidiyah merupakan sebuah komunitas yang pernah memerintah Yaman selama seribu tahun silam sekitar akhir abad ke-7 hingga awal abad ke-8 (284 H). Kekuasaan itu diperoleh seteleh berhasil menang melawan khilafah Turki Utsmani pada tahun 1915.

Kalangan Syiah Zaidiyah juga populer dengan sebutan Zaidis, yang dinisbatkan kepada Imam Zaid bin Ali bin husein bin Ali Abi Thalib sekaligus pelopor berdirinya manhaj ini. Kalangan Sunni kerap juga menyebut mereka dengan fivers (imam ke-5).

Dalam kesehariannya, pengikut Zaidiyah asli berinteraksi dengan Al-Quran dan sunnah layaknya kaum muslimin ahlu sunnah lainnya, kendatipun mereka memiliki sekumpulan pendapat berbeda terkait imamah.

Zaidiyah membatasi imamah pada keturunan Ali bin Abi Thalib, dan tidak menentukan secara eksplisit orang tertentu dari keturunan tersebut. Sehingga mereka mengatakan, seseorang yang memenuhi kriteria, seperti keturunan Fatimah, berilmu, bertakwa, dan memiliki pandangan yang baik mesti mencalonkan dirinya sendiri. Apabila dia terpilih maka imamahnya sah.

Berbeda dengan Zaidiyah, Syiah 12 tidak mengakui Zaid bin Ali sebagai imam. Sebaliknya, kalangan Zaidiyah tidak sepakat dengan Syiah 12 bahwa para imam yang dua belas itu ma’sum (terbebas) dari kesalahan, baik dalam akidah taqiyah (berpura-pura), raj`ah (kembalinya Imam Mahdi versi Syiah), badâ’ (Allah tak tahu masa depan).

Syiah Zaidiyah tidak menghina sahabat seperti Syiah 12 yang menghina para sahabat Rasululllah. Zaidiyah juga tidak meyakini bid’ah-bid’ah dan kurafat yang diyakini Syiah 12.

Selain itu, para Syiah Zaidiyah secara totalitas tidak percaya kebenaran mutlak para imam. Mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa para imam mendapatkan bimbingan langsung dari Tuhan. Syiah Zaidiyah juga tidak setuju bahwa imâmah harus diberikan secara turun temurun, kecuali apa yang telah dilakukan Imam Ali kepada kedua anaknya, Hasan dan Husein.

Meskipun Badruddin al-Hutsri sudah hijrah ke Tehran, namun pengaruh pemikiran Syiah Itsna Asyariyahnya tetap hidup di Yaman, khususnya di wilayah Sa’dah. Bagaimana tidak, dia adalah seorang tokoh yang mendirikan pusat pengajian Zaidiyah yang berjasa dan mengembangkan mazhab tersebut di Yaman.

Houthi dan Iran

Ketika partai Al-Haqq mendukung ambisi separatis selatan yang dipimpin oleh Partai Sosialis Yaman, mereka menjadi sasaran aksi kemarahan partai pemerintah , Partai Kongres Rakyat, pimpinan  Presiden Ali Abdullah Saleh, sehingga  Hussein al-Houthi melarikan diri, diduga ia melarikan diri ke Suriah dan terakhir ia menetap di  Iran di mana ia menghabiskan waktu di kota Syiah Rafidhah,  Qom.

Sekembalinya ke Yaman, Hussein al-Houthi memutuskan hubungan dengan Partai Al-Haqq. Dia pikir partai tersebut tidak cukup radikal dalam menantang pemerintah. Dia pindah untuk menciptakan partai Pemuda beriman  pada tahun 1997 dan memimpin organisasi  lebih agresif .

Yang dihasilkan dari gerakan tersebut mengakibatkan perpecahan politik dan ideologis antara penganut Syiah Zaidiyah tradisional dengan Syiah Zaidiyah baru yang  dipimpin oleh Hussein al-Houthi.

Beberapa pemimpin suku Syiah Zaidiyah tradisional sering menuduh Syiah Houthi membawa komando dan  kepentingan Iran, mengkonversi dogma Dua Belas Imam Syi’ah ke dalam Syiah Zaydiyah dan berusaha untuk mendirikan pemerintahan Syiah di utara Yaman.

Pada tahun 2004, pengikut Hussein al-Houthi  terlibat dalam demonstrasi anti-pemerintah dan segala macam kegiatan kekerasan  termasuk membobol sebuah masjid. Ketika pemerintah mengeluarkan seruan untuk penangkapan Hussein, para pengikutnya, yang kemudian dikenal sebagai Houthi menyerang balik pasukan pemerintah.

Pada bulan September tahun itu, pada konflik Saada pertama, Hussein terbunuh oleh pasukan keamanan Yaman yang mencoba untuk menangkapnya.

Namun dominasi keluarga Houthi dalam kepemimpinan gerakan tidak mereda dengan kematian Hussein. Ayahnya (pemuka agama syiah  Zaidiyah, juga disebut Hussein) dijadikan pemimpin spiritual gerakan.

Pada tahun 2006, adiknya  Hussein muda,  Abdul Malik al-Houthi dijadikan  pemimpin baru pemberontakan.

Abimantrono Anwar

 Feb1 pada 12:00 PM

Muhammadiyah : Allah di 'Arsy, jangan banyak tanya.

Apa yang dimaksud dengan "Allah Bersemayam di Atas ‘Arsy"

Penanya: Sujarwo, Batang
Pertanyaan :
Ada seorang muballigh dari luar Batang menjelaskan bahwa Allah tidak berada di atas, berdasarkan surat Qaf ayat 16. Kami masih ragu-ragu, sebab selama ini kami pahami bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsy. Apa pemahaman kami ini yang keliru? Mohon penjelasannya!
Jawab :
Sebelum kami jelaskan masalah yang anda tanyakan, kami kutipkan terlebih dahulu ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah bersemayam diatas ‘Arsy dan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah sangat dekat dengan kita:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ 

Sesungguhnya Tuhan kami ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas ‘Arsy…” (al-A’raf (7): 54).
            Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsydiulang sebanyak 8 kali, pada surat Yunus (10): 3, ar-Ra’d (13):2, Thaha (20):5, al-Furqan (25):59, al-Qasas (28):14, as-Sajdah (32): 4, Fushilat (41): 11, an-Najm (53): 6 dan al-Hadid (57): 4
Ayat-ayat tersebut semuanya menjelaskan bahwa Allah bersemayam diatas ‘Arsy.
Adapun ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah adalah dekat disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 5 kali, antara lain ialah:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ….
“ … dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya…” (Qaf (50): 16). Kemudian disebutkan pada: surat al-Baqarah (2): 186, Hud (11): 61, Saba’ (34): 50 dan al-Waqi’ah (56): 85.
Ayat-ayat tesebut memberikan pengertian bahwa Allah sangat dekat kepada kita. Jika dilihat secara sepintas, seakan-akan ayat-ayat tersebut bertentangan, anatara ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah jauh, dan ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah dekat. Sebenarnya ayat-ayat tersebut tidaklah bertentangan, sebab dapat dikompromikan antara satu ayat dengan ayat lainnya.

Pengertian ‘Arsy

Arsy, para ahli bahasa mengartikan‘Arsy sebagai singgasana, bangunan, istana atau tahta. Kata tersebut berasal dari ‘arasya – ya’rusyu, yang berarti membangun.
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna ‘Arsy; Rasyid Ridha dalam tafsirnya menjelaskan bahwa‘arsy adalah pusat pengendalian segala  persoalan semua makhluk Allah SWT di alam semesta, sebagaiman dijelaskan firman Allah pada surat Yunus (10):
ثم استوى على العرش… 

“Kemudian Dia bersemayam dia tas‘Arsy”
Gambaran fisik ‘Arsy, merupakan hal gaib yang tiada seorangpun dapat mengetahuinya, kecuali Allah, di mana letaknya dan berapa besarnya. Masalah‘Arsy telah lama menjadi topik pembicaraan yang kontroversial, apakah‘Arsy itu bersifat material ataukah bersifat immaterial.
Hal ini terjadi karena tidak ada penjelasan rinci baik dalam al-Qur’an maupun dalam al-Hadits. Al-Qur’an hanya menjelaskan bahwa al-‘Arsyadalah singgasana. Maka kami berpendapat bahwa kita wajib menyakini keberadaannya, yang hakikatnya hanya diketahui Allah SWT, kita tidak perlu mencari-cari seberapa besarnya dan seberapa jauhnya atau tingginya.
Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah beristiwa’ atau bersemayam di atas ‘Arsy, dan kita wajib beriman kepada-Nya dengan tidak perlu bertanya-tanya bagaimana dan dimana.
Adapun yang dimaksud dengan qarib,(dekat) ialah: Bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, Dia mendengar perkataan manusia, dan melihat segala macam perbuatannya, tidak ada hijab antara Allah dan manusia, tiada perantara atau wali yang menyampaikan doa’a mereka kepada Allah, tiada yang membantu-Nya dalam mengabulkan permohonan manusia kepada-Nya, Allah akan mengabulkan do’a manusia tanpa perantara seorangpun, apabila sesorang berdo’a kepada-Nya, sebab Allah-lah yang menciptakannya, Dia Maha Mengetahui segala apa yang ada dalam hati setiap orang. Demikianlah yang dimaksud dengan “aqrabu ilaihi min hablil warid”. (lebih dekat kepadanya daripada urat leher) yang disebutkan dalam surat Qaf (50): 16.
Maka jelaslah, bahwa ayat-ayat tersebut tidak bertentangan antara ayat yang menyatakan bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsy, dengan ayat yang menyatakan bahwa Allah SWT sangat dekat dengan kita.

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah

info salamtime

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah?  Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline...