Saya ingin tahu makna sebutan wali songo.
Padahal kalimat "wali" dan "wilayah" itu sangat populer di telinga ummat,terlebih bagi para akademis islam.
Tapi sayangnya mereka terjebak pada makna yang mistis mitosis belaka.
Kita harus gali asal dan perubahan makna kontekstual setiap kalimat dan menunjukkan diri sebagai ummat yang mengedepankan keilmuan ,rasionalitas,dan menggali sejarah dengan sedalam-dalamnya untuk mengetahui korelasi antara tekstual dan kontekstual.
Dimulai dari memeriksa makna wilayah yang telah di adopsi menjadi bahasa melayu dan indonesia,ia adalah batasan yang menjadi medan kekuasaan atau kepengurusan.
Maka dari kalimat wilayah muncullah kalimat wali yaitu orang yang memiliki kuasa untuk mengurusi wilayahnya.
Wali songo adalah sembilan orang penda'wah di tanah jawa yang tersebar di beberapa wilayah utara jawa-tatar sunda yang menjadi tanggung jawabnya.
Mereka sering bertemu sehingga ketika mereka berhasil mengislamkan keluarga kerajaan demak bentoro,mereka di fasilitasi masjid demak oleh raden fatah untuk memusyawarahkan urusan ummat dan kenegaraan.
Di rangkulnya dan di dukungnya islamisasi yang dilakukan mereka oleh raden fatah itu maka semakin mengenalkan kepopuleran wali songo.
Makna "wali" pun semakin extraordinary yaitu bertambah menjadi wali kerajaan di wilayah-wilayahnya.
Makna wali pada wali songo yang lebih kuat adalah wali dalam penyebaran islam yg memiliki wilayah-wilayah atau medan da'wah,bukan wali dalam konteks kebathinan. Analisa ini bukan berarti menuduh wali songo tidak mengamalkan amal-amal kebathinan.
Sebab kalau di maknai wali kebatinan maka perkara itu tak mudah apalagi langsung sembilan orang di nyatakan sebagai wali kebathinan secara bersama,lalu di keramatkan ruh dan makamnya dan di jadikan tempat beritual.
Cukup mengakui mereka sebagai penda'wah yang beraktifitas biasa dan zuhud menyendiri di kesunyian dan memiliki ilmu kanuragan tanpa mendewakanya sebagai sosok-sosok yang nguwalati ruhnya (khurafat).
Padahal kalimat "wali" dan "wilayah" itu sangat populer di telinga ummat,terlebih bagi para akademis islam.
Tapi sayangnya mereka terjebak pada makna yang mistis mitosis belaka.
Kita harus gali asal dan perubahan makna kontekstual setiap kalimat dan menunjukkan diri sebagai ummat yang mengedepankan keilmuan ,rasionalitas,dan menggali sejarah dengan sedalam-dalamnya untuk mengetahui korelasi antara tekstual dan kontekstual.
Dimulai dari memeriksa makna wilayah yang telah di adopsi menjadi bahasa melayu dan indonesia,ia adalah batasan yang menjadi medan kekuasaan atau kepengurusan.
Maka dari kalimat wilayah muncullah kalimat wali yaitu orang yang memiliki kuasa untuk mengurusi wilayahnya.
Wali songo adalah sembilan orang penda'wah di tanah jawa yang tersebar di beberapa wilayah utara jawa-tatar sunda yang menjadi tanggung jawabnya.
Mereka sering bertemu sehingga ketika mereka berhasil mengislamkan keluarga kerajaan demak bentoro,mereka di fasilitasi masjid demak oleh raden fatah untuk memusyawarahkan urusan ummat dan kenegaraan.
Di rangkulnya dan di dukungnya islamisasi yang dilakukan mereka oleh raden fatah itu maka semakin mengenalkan kepopuleran wali songo.
Makna "wali" pun semakin extraordinary yaitu bertambah menjadi wali kerajaan di wilayah-wilayahnya.
Makna wali pada wali songo yang lebih kuat adalah wali dalam penyebaran islam yg memiliki wilayah-wilayah atau medan da'wah,bukan wali dalam konteks kebathinan. Analisa ini bukan berarti menuduh wali songo tidak mengamalkan amal-amal kebathinan.
Sebab kalau di maknai wali kebatinan maka perkara itu tak mudah apalagi langsung sembilan orang di nyatakan sebagai wali kebathinan secara bersama,lalu di keramatkan ruh dan makamnya dan di jadikan tempat beritual.
Cukup mengakui mereka sebagai penda'wah yang beraktifitas biasa dan zuhud menyendiri di kesunyian dan memiliki ilmu kanuragan tanpa mendewakanya sebagai sosok-sosok yang nguwalati ruhnya (khurafat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar