Eramuslim

Senin, 16 Oktober 2017

Khittah NU banyak yang tidak diketahui warganya.

NU yang saya tahu:
Ahlus-sunnah wal-jama'ah (sunni).
Qultu: NU menegaskan keSUNNIanya berarti bukan syi'ah dan bukan khawarij.
Syi'ah,khawarij dan sunni adalah tiga kelompok yang lahir bersamaan dan tertua tanpa nama organisasi pada masa kekhalifahan empat sahabat yang merupakan firqah-firqah pro-kontra dan loyalis kepada khalifah yang disukai. Sejarah ringkasnya telah saya tuliskan.
Disebut SUNNI karena mempunyai sikap al-wala pada setiap khalifah  baik kebijakannya disukai atau tidak disukai, dan al-barra' berlepas diri dari fitnah didalam tubuh ummat islam pada masa empat sahabat,dalam arti sunni tidak bersikap berlebihan didalam kefanatikanya seperti halnya syi'ah yang berambisi mengangkat ali bin abi thalib dan keturunannya dan tidak menerima keimaman abu bakar umar utsman serta tidak terima kepemimpinan bani umayyah dan bani abbasiyah.
Tidak bersikap Khawarij yang menjadi anti ali,anti muawiyah dan benci tahkim kedua pihak.

Kalau begitu,pihak manapun yang akhir ini di tuduh sebagai bukan golongan sunni maka dialah sunni dengan sikap adil terhadap sahabat dan kepemimpinan islam yang diterima walau terdapat faham keagamaan yang berbeda.
NU tidak mengeluarkan dia dari golongan sunni dan bisa diterima didalam jam'iyyah-nya kalau mengingat khittah NU itu menghargai khilafiyah furu'uddiniyyah didalam organisasinya. 

NU secara khittah adalah jam'iyyah diniyyah yang membesarkan pendidikan berbasis agama dengan melakukan pendekatan salah satu madzhab dari empat madzhab fiqh yang diakui tanpa mensyaratkan madzhab tertentu,karenanya jika ada anggota yang bermadzhab selain syafi'i maka mafhumnya dapat diterima didalam NU, yang tidak di anjurkan didalam NU itu talfiq. 
Namun dewasa ini banyak warga NU yang talfiq dan malah talfiq lintas agama yakni menjadi berafiliasi liberal. Ini sangat parah dan meresahkan NU kultural yang menjunjung  khuttah-nya. 

Dalam bidang aqidah,NU menganut interpretasi abul hasan al-asy'ari dan abu manshur al-maturidi.
Namun begitu juga dewasa ini,warga NU dari kalangan akademis dan strukturalnya dan sebagian kultural yang ketularan kurang memperdulikan khittah keagamaan ini karena sikap nasionalismenya dan pluralistik yang berlebihan sampai diniyyahnya dirusak sendiri.
Malahan tuduhan-tuduhan yang bersifat debatebl itu di alamatkan kepada pihak yang lebih dekat dengan asy-'ariyyah dan maturidiyyah.

Dalam bidang tasawuf,NU menganut pemikiran al-ghazali dan al-junaidi.
Lagi-lagi,pihak yang juga menjadikan pemikiran imam ghazali sebaga referensi sufi itu mendapat tuduhan bukan NU dan bukan sunni karena subuhnya tidak qunut dan tidak baca barzanji. 

Politik dan kenegaraan NU, NU resmi keluar dari masyumi dan ppp,dan kembali ke khittah 1926 yaitu menjadi jam'iyyah keagamaan. Tetapi NU tidak melarang warganya berpolitik dan bergabung di partai manapun.

Qultu: kalau warga NU berada di PKS atau di PBB penyambung masyumi di uring-uring dan di cap jadi radikal. 

Adapun tarekat itu di payungi NU tetapi NU bukan organisasi tarekat apapun karena itu tidak menjadi soal apabila warganya bergabung didalam jama'ah tarekat atau tidak.

Qultu:
Sayangnya akhir ini di buat seakan warga NU itu bertarekat,dekat dengan ritual kaum kebatinan yang didominasi tokoh2 yang tidak dikenal didalam khittah NU dan mereka diduga berhaluan kepada tradisi syi'ah karena mayoritas tarekat yang tersebar di nusantara ini berasal dari yaman.
Pada akhirnya,dari tradisi atau kultur itu muncul tulisan pendekatan titik temu syi'ah-NU sebagai upaya penyatuan. 
Lalu kenapa dengan sesama sunni malah di upayakan renggang!!?
Padahal hanya khilaf masalah furu'.

Tidak ada komentar:

info salamtime

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah?  Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline...