Sabtu, 28 April 2018

menghukum ucapan rasulullah dengan hukum zhahir dan hukum bathin

Ucapan nabi itu mesti di pandang dengan dimensi zhahir dan bathin.
Sudut fiqih dan sudut aqidah/teologi. 

Didalam al-Qur'an berulang-ulang kali di sebutkan bahwa rasul itu di utus sebagai juru da'i ilallaah yang ucapannya menghibur bagi ummat yang beriman dan ber'amal shaleh, ucapannya juga memperingatkan bagi ummat yang zhalim kafir dan berma'shiyat.
وما نرسل المرسلين إلا مبشرين ومنذرين.
إنا أرسلنك بالحق بشيرا ونذيرا. 
Secara dimensi fiqih/zhahir,ancaman rasulullah itu makruh tahrim yang dalam bahasa ushul fiqihnya adalah ما نهى عنه الشارع نهيا غير جازم yaitu terlarang yang tidak pasti. Terlarang sendiri sinonim haram.
Adapun memutuskan tali shilaturrahim itu haram yang pasti نهي الشارع نهيا جازما karena perbuatan ini haram secara syara' yang datangnya dari Allah.
Dalile para kyai golei kiambak. 
Namum Allah itu maha adil sebab walau seseorang itu memutuskan tali shilaturrahim tetapi ada banyak amal shalih yang patut jadi pertimbangan,maka Allah akan menimbangnya 
والوزن يومئذ الحق فمن ثقلت موازينه فأولئك هم المفلحون. ومن خفت موازينه فأولئك الذين خسروا أنفسهم...إلخ 
Apabila bahasa sudah sampai kepada aqidah/teologis maka urusannya menjadi otoritas Allah.

 «إن أحدكم إذا مات عرض عليه مقعده بالغداة والعشي إن كان من أهل الجنة فمن أهل الجنة وإن كان من أهل النار فمن أهل النار يقال هذا مقعدك حتى يبعثك الله يوم القيامة».

Tidak ada komentar:

info salamtime

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah?  Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline...