فاختلفوا هل هذا يدل على المداومة أم لا ؟ وهل يعارض قوله تعالى : ( َاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ ) الأعراف/205، أم لا يعارضه .
Ulama berbeda pendapat apakah mengeluarkan suara itu terus dilakukan atau tidak? Dan apakah menyelisihi firman Allah : (dan sebutlah tuhanmu didalam jiwamu dengan rendah diri dan sembunyi dan tanpa mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah engkau termasuk golongan yang lupa). Atau tidak menyelisihi.
فممن ذهب إلى رفع الصوت بالذكر بعد الصلاة : الطبري وابن حزم وشيخ الإسلام وغيرهم .
Maka sebagian ulama yang berpendapat pada terangkatnya suara dzikir setelah shalat :
Ath-thabari, ibnu hazm, dan syaikhul islam (ibn taimiyyah) dan selainya.
وممن ذهب إلى أن ذلك كان للتعليم : الشافعي والجمهور .
Dan sebagian ulama yang berpendapat demikian (mengangkat suara) tapi untuk tujuan mengajarkan : Asy-Syafi'i dan jumhur ulama (kebanyakan).
قال الشافعي رحمه الله : " وأختار للإمام والمأموم أن يذكر الله بعد الانصراف من الصلاة ، ويخفيان الذكر إلا أن يكون إماماً يجب أن يُتعلم منه فيجهر حتى يرى أنه قد تُعلم منه ، ثم يسر ؛ فإن الله عز وجل يقول ( ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها ) يعنى – والله تعالى أعلم - : الدعاء ، ( ولا تجهر ) ترفع ، ( ولا تخافت ) حتى لا تُسمع نفسك .
Asy-Syafii berkata :
Imam dan ma'mum berdzikir setelah shalat,dan mereka keduanya meringankan dzikir kecuali imam mengharuskan untuk mengajarkannya maka imam mengangkat suaranya sampai ia tahu bahwa ma'mum telah bisa.
Allah : "dan janganlah kamu mengangkat/memperdengarkan do'amu dan janganlah menyembunyikannya dan ambillah jalan tengah diantara keduanya".
Maksudnya adalah Allah maha mendengar do'a. Dan jangan meringankan suara do'a sampai tidak terdengar oleh telinga pembacanya.
Ulama berbeda pendapat apakah mengeluarkan suara itu terus dilakukan atau tidak? Dan apakah menyelisihi firman Allah : (dan sebutlah tuhanmu didalam jiwamu dengan rendah diri dan sembunyi dan tanpa mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah engkau termasuk golongan yang lupa). Atau tidak menyelisihi.
فممن ذهب إلى رفع الصوت بالذكر بعد الصلاة : الطبري وابن حزم وشيخ الإسلام وغيرهم .
Maka sebagian ulama yang berpendapat pada terangkatnya suara dzikir setelah shalat :
Ath-thabari, ibnu hazm, dan syaikhul islam (ibn taimiyyah) dan selainya.
وممن ذهب إلى أن ذلك كان للتعليم : الشافعي والجمهور .
Dan sebagian ulama yang berpendapat demikian (mengangkat suara) tapi untuk tujuan mengajarkan : Asy-Syafi'i dan jumhur ulama (kebanyakan).
قال الشافعي رحمه الله : " وأختار للإمام والمأموم أن يذكر الله بعد الانصراف من الصلاة ، ويخفيان الذكر إلا أن يكون إماماً يجب أن يُتعلم منه فيجهر حتى يرى أنه قد تُعلم منه ، ثم يسر ؛ فإن الله عز وجل يقول ( ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها ) يعنى – والله تعالى أعلم - : الدعاء ، ( ولا تجهر ) ترفع ، ( ولا تخافت ) حتى لا تُسمع نفسك .
Asy-Syafii berkata :
Imam dan ma'mum berdzikir setelah shalat,dan mereka keduanya meringankan dzikir kecuali imam mengharuskan untuk mengajarkannya maka imam mengangkat suaranya sampai ia tahu bahwa ma'mum telah bisa.
Allah : "dan janganlah kamu mengangkat/memperdengarkan do'amu dan janganlah menyembunyikannya dan ambillah jalan tengah diantara keduanya".
Maksudnya adalah Allah maha mendengar do'a. Dan jangan meringankan suara do'a sampai tidak terdengar oleh telinga pembacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar