Eramuslim

Senin, 03 September 2018

merasakan hakikat kematian didalam kehidupan

Apakah begini rasanya kematian??

Raga yang terpisah dari tempat asalnya.
Jauh dari pandangan orang-orang dulu yang pernah di lihat dan di sapa.
Begitu lamanya perpisahan itu sehingga tak sadar bahwa anak keponakan dan cucu telah berkembang biak,tak ada yang ku kenali.
Ragaku dan raga mereka tak saling mengerti,siapakah dia ? Begitulah tanyanya.
Jika raga di pertemukan maka akan tak saling peduli,dia dan dia sudah punya alam kehidupan masing-masing.
Susah atau senang di rasakan sendiri-sendiri. Tidak dapat di bebankan kepada siapapun bahkan family dekatnya. 
Seperti firman Robbnya :
 ألا تزر وازرة وزر أخرى. وإن تدع مثقلة إلي حلمها لا يحمل منه شيئ ولو كان ذا قربى.
"Masing-masing akan memikul masalahnya. Jika seandainya seorang yang berat perkaranya itu meminta agar di pikulkan urusanya maka tidak akan ada sedikitpun urusannya itu di pikulkan walau oleh saudara dekatnya".

وأن ليس للإنسان إلا ما سعى. وأن سعيه سوف يرى
"Dan tiada bagi manusia mendapatkan hasil kecuali sesuatu yang ia usahakan. Dan sesungguhnya usahanya itu akan di lihatnya".

Wahai keponakanku !
Aku adalah pamanmu.

Wahai cucuku !
Aku ini datukmu.

Wahai pamanku !
Aku ini keponakanmu 

Semua hanya akan terperangah dan berucap Oooo..ya ya... 
Sudah begitu saja,seperti jiwa bertemu jiwa di alam mimpi,kemudian raga terbangun menyadarkan bahwa yang terjadi itu hanyalah bunga-bunga kerinduan. 

Mungkin seperti itu rasa setelah kematian.

Tidak ada komentar:

info salamtime

SIAPAKAH AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH ?

Benarkah AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA'AH itu asy'ariyyah?  Saya akan jawab persoalan yang terus menipu orang online maupun orang offline...